Senin, 22 Desember 2008

Dari seorang teman: Puisi buat Ibu


Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing
atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu
Karena dalam mengandungmu
ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah

Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman,
karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar,
atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggumu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salahsatu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu
ibu telah membekali hidupmu
dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang

Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...

'SELAMAT HARI IBU, SMOGA KITA BISA MENJADI IBU YANG BISA MENGANTARKAN ANAK2 KITA MENJADI ANAK YANG SHOLEH/SHOLEHAH. AMIIN'

Renang sama Teman-teman Jabalussalam




Hari Minggu rumah Kamal rame banget. Nggak biasanya rame gini. Ada apa sih?? Ternyata temen-temen Kamal dari sekolah pada maen ke rumah. Agenda utamanya berenang bareng! Yippieee…horeeyy..seneng banget. Maklum, biasanya rumah Kamal sepi banget. Cuma 3 penghuninya. Ibu, Mbak, ma Kamal. Udah! Tar kalo Bapak pulang kerja sore..ditambah Bapak. Udah! Segitu doang… Hmmppffhh…:)

Hari Minggu kemarin rumah penuh ma teman-teman Kamal. Nggak cuma itu, mama papa masing-masing anak juga nemenin. Guru-guru sudah pasti hadir. Walaupun nggak semua, tapi seru juga. Ibu jadi tau, ohh ini ya papanya Mbak Azra…ohh itu ya papanya Abang Raihan! Seneng..:)
Acara kemaren dibuka ma berdoa bareng, dipimpin Bu Nida. Trus acara dilanjutkan dengan renang bareng. Yang paling ngebet renang ternyata kakak-kakaknya Bang Raihan. Lucu juga. Jadi gede sendiri, karena udah SD. Trus satu persatu temen-temen nyemplung ke dalem dijaga papa masing-masing anak. Yang nggak ada papanya, dijagain ma Pak Wawan yang baik (eh ada Izzas juga lho!buah hati pak Wawan. Lutuna..gendut karena turunan Abahnya:))), papanya Bang Raihan, dan pak Sholeh yang emang dimintain tolong untuk megangin temen-temen yang papanya nggak hadir. (Makasih pak Sholeeeehhh).

Abis renang, temen-temen pada laper jadi makan dulu. Mama papanya juga pada makan. Sebelum makan jangan lupa berdoa bareng. Seru, semua pada makan. Kayanya kemaren pada didulang ma mamanya deh. Pinter-pinter makannya. Alhamdulillah.

Setelah hari beranjak siang, dan setelah silaturahmi dan ngobrol-ngobrol dengan hangat, tiba waktunya tuk pamitan. Padahal temen-temen kelihatannya pada males pulang lho..(ngarang), iya! abis pada maen mainannya Kamal. Juga ada yang main sepeda-sepedaan. (Alhamdulillah Kamalnya nggak pelit! Biasanya… hmmm…:p)
Sebelum pulang, temen-temen dikumpulin untuk berdoa bareng. Sessi terakhir adalah pamitan. Yang duduk manis dan tabassum-nya paling manis, boleh pulang duluan. Ini ni yang Ibu demen. Teriakan “assalamualaikum temen-temeeeeeeennnn!” nya itu lho lucu banget. Sumpah!! :)))

Acara Minggu kemaren berjalan lancar. Alhamdulillah. Kamal pasti seneng kalo ada acara seperti itu lagi. Makanya..temen-temen main lagi ya ke rumah Kamal!! Ditungguu..

Jumat, 19 Desember 2008

Written by an African Kid

When I born, I black
When I grow up, I black
When I go in Sun, I black
When I scared, I black
When I sick, I black
And when I die, I still black
And you white fellow
When you born, you pink
When you grow up, you white
When you go in sun, you red
When you cold, you blue
When you scared, you yellow
When you sick, you green
And when! You die , you gray
And you calling me colored?

Selasa, 16 Desember 2008

Anis Sumarni punya!

Saya ingin menominasikan rekan kerja saya dalam kompetisi ini. Nama beliau Marthen Yusuf. Beliau mulai bekerja di Thiess sejak tahun 2001. Beliau adalah reproduction worker yang bertugas untuk mempersiapkan module-module yang akan digunakan dalam training di Thiess Contractors Indonesia.

Menurut saya beliau sangat pantas meraih penghargaan untuk kategori menjaga lingkungan hidup. Mengapa demikian? Saya yakin kalian pasti bertanya-tanya. Kontribusi pak Yusuf dalam melestarikan lingkungan, sangatlah besar. Kalian pasti bertanya bagaimana dan inilah penjelasan singkat saya.

Sebagai reproduction worker, pak Yusuf adalah orang yang bertanggung jawab penuh mengenai penyediaan module untuk segala training yang dilakukan Thiess Training Centre Balikpapan di seluruh site yang ada. Beliau selalu memeriksa module-module yang akan digunakan untuk training. Jika ada module yang salah cetak, hasil print yang salah atau module yang sudah tidak digunakan lagi maka beliau tidak langsung membuangnya tapi justru memilah-milah kertas-kertas tersebut. Jika bagian sisinya masih kosong maka beliau akan mengumpulkannya dan meletakkannya dalam kotak.

Jika ada yang ingin memphotokopi atau mengeprint sesuatu maka beliau akan menganjurkan menggunakan kertas bekas saja. Beliau menempelkan kertas diatas kotak kertas bekas tersebut sebagai reminder kami agar kami tidak lupa untuk menggunakan kertas bekas.

Saya yakin semua orang pasti tahu kalo kertas berasal dari pohon. Bayangan jika semua orang membuang kertas atau module yang salah tanpa berpikir untuk menggunakannya lagi. Berapa banyak pohon yang akan habis ditebang untuk memproduksi kertas-kertas itu. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk bagi lingkungan disekitar kita. Secara tidak langsung beliau telah menyelamatkan pohon-pohon yang ada disekitar kita. Beliau telah menjaga lingkungan hidup yang ada agar generasi selanjutnya bisa turut menikamatinya.

Usaha beliau sungguh mulia. Mungkin terlihat sederhana tapi kalo kita tahu dampaknya, kita pasti akan bangga dan bersyukur memiliki orang seperti bapak Marthen Yusuf.
(hmm..boleh juga..)

Senin, 15 Desember 2008

Karya si ABG Riska huhuhuy..judulnya LOVE


Love is beautiful
Love is peace
Love is fun
But sometimes love hurts

Love can make you lose friends
Lose people you love
Lose people who love you
And maybe it could make you lose something prechious

Don’t play with love
If you don’t want to get hurt
Except true love
Only true love

Cause only true love
Only true love never hurt you
Only true love make you happy
Only true love



By: Rizka Aulia. R
Ayah pergi sangat pagi
Kadang sampai pagi lagi
Tapi saat pulang
Ia tak lupa menjinjing pelangi
Lalu dengan sabar
Menguraikan warnanya satu persatu padaku
Dengan mata berbinar
-Dari blog sebelah, ngutip tanpa permisi-

Take time to poet, and..

“Setelah”

Setelah lelah mandi jelaga hitam kelam tak peduli apa siapapun juga. Setelah hidup sekian puluh tahun nafikan Zat menganggap remeh temeh tak ada yang utama. Setelah buta setelah tuli setelah hina dina diri seperti lumpur seperti rawa-rawa tak terurus. Setelah compang diri ini setelah camping kembali putih kembali hitam. Setelah ribuan usaha kembali normal dan jatuh dan merangkak bersimpuh duduk berdiri terbaring dan melamun jatuh lagi aku. Ah kini kembali lagi ke yang Maha Menerima. Berlari penuh harap penuh cemas. Lagi. Pulang lagi aku. Bukakan lagi pintunya. Ah manusia...memang maha salah, maha kembali pulang!

“Tolong dijawab”

Tolong dijawab apakah sudah benar caraku kembali. Tolong jangan diam saja. Tolong beri petunjuk. Jangan abai. Tolong apakah ada yang salah yang kurang yang sedikit saja benar. Ya yang Maha Dekat. Katanya sedekat urat leher.

“Bukan aku”

Tiada yang lebih indah selain menangis rindu hingga basah ini pipi. Mungkin puisi para sholihin namun aku belum pantas.

19:34 kamar kontrakan,
14 Des 08

Sabtu, 13 Desember 2008

Hadist Qudsi Indah (2)

“Aku ini adalah menurut dugaan hamba-Ku, dan Aku menyertaimu, di mana saja ia berdzikir kepada-Ku.
Jika ia berdzikir atau ingat kepada-Ku di dalam hatinya, maka Aku akan ingat pula kepadanya di dalam hati-Ku,
dan kalau ia mengingat-Ku di depan umum, maka Aku akan mengingatnya pula di depan khalayak yang lebih baik.
Seandainya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal,
Aku akan mendekatkan diri-Ku sehasta.
Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya sedepa.
Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki,
Aku akan datang dengan berlari”.
(HR. Bukhari)

Hadist Qudsi Indah (1)

"Tidak henti-hentinya hamba-hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
melakukan ibadat-ibadat nawafil hingga Aku mencintainya.
Kalau Aku sudah mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar;
Aku akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat;
Aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memegang;
Aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.
Jika ia bermohon kepada-Ku, Aku akan mengabulkan permohonannya.
Jika ia berlindung kepada-Ku, Aku akan
melindungi dirinya."
(HR. Bukhari)

Jamaah haji kloter awal akan tiba di Tanah Air, Ahad, 14 Desember 2008 siang ini:)))horee

Kloter-kloter awal jemaah haji Indonesia akan tiba Ahad siang, 14 Desember 2008. Meski pemulangan jemaah dari tanah suci diharapkan berjalan aman, lancar dan tepat waktu, tapi kloter pertama agak mengalami keterlambatan.
Kedatangan keloter pertama jemaah haji propinsi DKI Jakarta, siang ini, semula dijadwalkan pukul 07.00 WIB. Namun mengalami keterlambatan sekitar 5 jam lebih, diperkirakan kloter tersebut baru mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, sekitar Pukul 12.40 Wib nanti.
Keterlambatan ini diungkapkan Direktur Pengelolaan BPIH dan SIH Abdul Ghafur Djawahir. Menurut Abdul Ghafur, kloter pertama DKI Jakarta, berdasarkan informasi yang diterima dari Daker Jeddah, sebenarnya telah selesai boarding di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, pukul 21.00 WAS, namun penerbangan Garuda GIA 7401 tersebut baru dapat lepas landas pukul 24.00 WAS.
Direktur BPIH dan SIH ini menambahkan, pada minggu pertama pemulangan jemaah haji ke tanah air, sering terjadi keterlambatan, akibat padatnya lalulintas penerbangan di bandara Jeddah.
"Hampir semua negara melakukan proses pemulangan jemaah hajinya pada saat ini," kata Ghafur.
Ghafur menambahkan, masalah pemeriksaan barang-barang jemaah di pintu pemulangan juga merupakan penyebab keterlambatan. “Terkadang petugas membongkar koper-koper jemaah, sehingga arus pemulangan jadi tidak lancar,” ujarnya.Pada bagian lain ia mengatakan, hingga saat ini pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar. Seluruh jemaah haji Indonesia telah melaksanakan wukuf di Arafah, dengan demikian telah sah menunaikan rukun Islam kelima. Setelah mabit di muzdalifah, jemaah kemudian mabit di Mina untuk melontar jumrah di lokasi jamarat.“Dari seluruh jemaah Indonesia, ada 104 ribu orang atau 65 persen yang mengambil nafar awal, selebihnya nafar tsani,” kata Ghafur. Dengan mengambil nafar awal, maka jemaah cukup 2 malam mabit (menginap) di Mina, sedangkan bagi peminat nafat tsani harus mabit 3 malam. [ihj/www.hidayatullah.com]

Detik-detik terakhir itu....


Dari Ibnu Mas’ud ra bahawasanya Rasulullah SAW bersabda:
Ajalku hampir tiba, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila’la.”
Kami bertanya lagi: “Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli baitku.
Kami bertanya: Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?
Baginda menjawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”
Kami bertanya: “Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?” Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.
Kemudian baginda bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensholatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kalian dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula sholat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu sekalian.”
Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam: “Assalamualaikum ya Rasulullah?” Kemudian ia berkata lagi “Assholah yarhamukallah.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda sholat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: “Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”
Malaikat Maut Datang BertamuPada esoknya, yaitu Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: “Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Siti Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya,
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?” Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: “Siapakah itu wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Seorang lelaki, sepertinya baru sekali ini saya melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia, wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan sambil menatap wajah anaknya, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang “Wahai Fatimah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut.” Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan ‘Assalamualaika ya Rasulullah.” Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika anda izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.
Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? “Saya tinggal dia di langit dunia” Jawab Malaikat Maut.
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah.”
Ketika Sakaratul Maut TibaSeterusnya Rasulullah SAW bersabda: “Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab; “Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”
Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk anda wahai kekasih Allah. Engkaulah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”
Jibril as bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”
Jibril menjawab: “Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Muhammad) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”
Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku” Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW.
Imam Ali kw, bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan anda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.
Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii, ummatiii” - “Umatku, umatku, umatku”


Fathimah Az-Zahra` a.s. di masa-masa terakhir Kehidupan Rasulullah SAW. Di akhir-akhir umurnya Rasulullah SAW, Fathimah a.s. menatap wajah ayahnya yang bercahaya dan mengalirkan keringat dingin. Sambil menangis ia menatap ayahnya. Sang ayah tidak tega melihat putrinya menangis dan gelisah. Akhirnya sang ayah membisikkan sebuah ucapan di telinganya sehingga ia tenang dan tersenyum. Senyumnya pada masa-masa krisis seperti itu terlihat sangat aneh. Mereka bertanya kepadanya: “Rahasia apakah yang telah ia ucapkan?” Ia hanya menjawab: “Selama ayahku hidup aku akan bungkam seribu bahasa”. Setelah Rasulullah SAWW meninggal dunia, ia membongkar rahasia itu. Fathimah a.s. berkata: “Ayahku mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah orang pertama dari Ahlul Baytku yang akan menyusulku. Oleh karena itu, aku bahagia”.
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa alih wasalam. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Senin, 08 Desember 2008

Papa dan Kaligrafi

Papaku tersayang telah menghasilkan banyak lukisan kaligrafi. Lukisannya tersebar di beberapa rumah saudara. Terpajang dengan indahnya di dinding. Sebentar, biar kuhitung ada berapa. Di rumahku, rumah Mas Amin, rumah Mas Edi, rumah Kiki, rumah Mbak Mita, rumah Mamak Galuh, rumah saudaranya sendiri, om Taqwa, hmm mungkin juga di rumah Mamak Haji Laily yang di Banjarmasin, aku juga kurang tahu. Ukurannya besar-besar. Jarang ada yang kecil.

Aku bangga tiap kali bersilaturahmi ke rumah saudara, yang kulihat adalah kaligrafi papa. Aku senang karena mereka menghargai karya papaku. Ada seorang keluarga di Depok yang baru pindah ke rumahnya yang besar, minta khusus kepada papa untuk mengirimkan satu buah lukisan kaligrafinya. Ketika kutanya kenapa, alasannya, “sekarang kan rumahku dah gede nih, jadi lukisan papamu cocok dipajang di dinding yang tinggi itu”. Ketika sewaktu-waktu aku berkunjung ke rumahnya, lukisan itu sudah terpajang di atas, di dinding antara lantai satu dan dua. Tinggiii sekali. Kelihatan bagus dan agung.

Lain waktu aku bertandang ke seorang kerabat yang rumahnya kecil dan sederhana. Rumahnya adem sekali. Dengan polosnya aku bertanya, “kok rumahnya terasa dingin ya”. Si saudara sambil senyum-senyum menunjuk ke sebuah lukisan kaligrafi yang bergaya minimalis. “Mungkin karena itu Din!”. Haha..lagi-lagi kaligrafi papa.

Di rumah seorang saudara yang modis dan kaya, lain lagi. Rumahnya itu tidak terlalu besar, tapi apiknya minta ampun. Si empunya rumah pandai memasang-masangkan warna, pandai mendekor, dan kebetulan, uangnya juga mumpuni. Rumah yang cantik itu dihiasi dengan gelas-gelas dan beraneka macam keramik yang terbuat dari kristal. Nah di dekat rak yang berkilauan oleh pajangan kristal itulah, kaligrafi papa terpampang dengan indahnya. Sedikit terlihat bercahaya juga, mungkin karena lokasinya dekat sekali dengan pajangan-pajangan tadi.

Aku menganggap ketertarikan papa akan ayat-ayat Allah itu adalah sebuah hidayah. Aku berharap seperti itu. Papa tidak bisa membaca kaligrafi yang dilukisnya. Jadi ia hanya mencontohnya dari karya-karya yang ia jumpai di majalah atau media lain. Katanya, “huruf Arab indahnya bukan main. Tersulur-sulur berirama, ramping-ramping pula”. Dulu aku ingat papa pasti akan mengcopy besar semua kaligrafi yang ia tertarik oleh keindahannya, kemudian menyilet setiap ayatnya, membolonginya, dan menempelnya di kanvas. Begitulah caranya “melukis”. Lebih mirip menjiplak..? memang hehehe, dan aku berharap Allah yang Maha Tahu memberi point pada tiap keantusiasan, tiap kekaguman, dan pada tiap niatan yang papa keluarkan. Niatannya itu ya Allah, harap Engkau saksikan. Meskipun ia tak bisa membaca Quran-Mu, namun ia punya niat baik untuk menyebarkan ayat-ayatMu itu..

Sekarang ini, papa tidak lagi berkarya, mungkin karena sudah terlalu sepuh. Mata itu sudah tak terlalu jeli, tak terlalu awas oleh warna-warna. Tubuh itu sudah tak kuat terlalu lama duduk, terlalu lama fokus. Tapi aku berharap suatu saat nanti, papa akan melanjutkan melukis. Itu terbukti mujarab menjadi kegiatan pengisi waktu. Aku juga rindu melihatnya melukis lagi.

Minggu, 30 November 2008

Mengangkat beban

Disadur dari www.andaleh.blogsome.com

Sebutlah Adi dan Dodi sedang berwisata di pantai dalam acara sekolah. Ketika mereka tengah dalam candaan, ada tantangan dari Dodi kepada Adi. Dodi yang bertubuh besar dan gemuk menantang Adi yang bertubuh kecil untuk mengadakan kompetisi. Dodi mengangkat Adi, setelah itu gantian Adi mengangkat Dodi. Mereka akan mengukur siapa yang paling lama mengangkat temannya.
Dodi yakin seyakin yakinnya bahwa Adi tidak akan sanggup berlama-lama mengangkat badannya. Karena itu Dodi menantang Adi. Dan Dodi yakin juga bahwa Adi akan menolak tantangan itu.
Tapi Dodi salah. Rupanya Adi menyambut dengan baik, walau dengan syarat.
“Memangnya, syaratnya apa?” Tanya Dodi.
“Kamu mengangkat saya di atas pasir, sedangkan saya mengangkat kamu di laut.” Ujar Adi.
“Boleh.” Ujar Dodi.
Maka dimulailah pertarungan itu.
Alhasil, di luar dugaan. Adi berhasil lebih lama mengangkat Dodi yang tubuhnya lebih besar.
Mengakui kekalahannya, Dodi bertanya, “apa rahasianya?”
“Jawabannya adalah, karena saya dibantu oleh gaya apung yang ada pada air laut. Sehingga ringan bagi saya untuk mengangkat kamu.” Ujar Adi. “Gaya itu ditemukan oleh Archimedes. Kalau kamu simak pelajaran fisika kemarin, kamu pasti paham.” Tambah Adi dengan senyuman.
*****
Hidup ini serupa dengan kompetisi di atas. Bahwasanya masing-masing kita memiliki tugas untuk mengangkat beban masing-masing. Beban yang diangkat tentu saja sesuai dengan kemampuan seorang manusia. Begitulah sunnatullah.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS 2:286).
Tetapi ada perbedaan antara seorang muslim yang bertaqwa dengan seorang kafir. Seorang muslim mengangkat bebannya laksana mengangkat beban di air, sedangkan seorang kafir mengangkat bebannya laksana mengangkat beban di atas pasir. Ada ‘gaya apung yang dimiliki oleh air’ yang membantu seorang muslim yang bertaqwa untuk mengangkat bebannya. Gaya apung itu adalah bantuan dari Allah SWT.
“…Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” Ath-Thalaq : 4.
Dengan bantuan ‘gaya apung’ inilah seorang muslim yang bertaqwa bisa mengangkat bebannya lebih lama. Sedangkan orang kafir yang tanpa bantuan gaya apung tersebut, berpotensi besar untuk menyerah, membanting bebannya lalu dia pun terjatuh.
Seorang muslim yang bertaqwa tidak akan mengenal akhir seperti itu.
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS Ath-Thalaq : 2).
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS 47 : 7)
Allahu’alam bish-showab.

Memasak

Memasak selalu menjadi sesuatu yang stressful. Membikin stress. Membebani. Menurutku ada dua type ibu, dalam kaitannya dengan memasak. Satu, ibu yang bisa memasak. Dua, ibu yang pintar memasak. Type pertama, bisa. Ia hanya bisa memasak, tapi tidak pintar. Hanya bisa. Yah sekedar masak. Simple food dan tidak variatif. Yang kedua ibu yang pintar. Handal. Bisa semua jenis masakan. You name it! Dari yang sekedar oseng mengoseng, sampai yang bumbu kuning, hijau, merah, santen, kuah, semua oke. Type jenis ini biasanya disayang suami:D. Bagaimana tidak. Tiap hari disuguhi makanan yang bervariasi. Tiap hari tinggal request. Si Bapak tidak akan mati kebosenan karena masakan yang dikonsumsinya dalam seminggu bisa bermacam-macam. Si Ibu juga sangat enjoy melakukannya. Karena ia pintar, biasanya ia senang akan kegiatan masak memasak.

Tanpa susah-susah mencari contoh, aku adalah termasuk type yang pertama:D Begitu di rumah ada acara yang tamunya banyak, langsung bingung mau masak apa. Stress. Keringatan, tidak bisa tidur. Memikirkan akan masak apa. Kalaupun sudah tahu apa yang akan dimasak, menjadi stress memikirkan bumbu-bumbu apa yang akan terlibat. Langsung sibuk menelpon mama di luar kota sana, atau heboh mencari buku resep, atau buka-buka internet. Cari resep yang gampang tapi pantas. Ketika sudah dapat rempah-rempahnya, sekarang tinggal mengkomposisikannya. Memasak ternyata bukan sekedar tahu bumbu, tapi juga harus pas dalam hal mengira-ngira. Ini repotnya. Kalau dulunya masih gadis jauh dari dapur, maka biasanya berakhir jadi ibu type satu.

Ibu type dua yang aku kenal namanya Mbak Nana. Beliau tidak lain adalah saudara sepupuku sendiri. Kalau masak matanya berbinar-binar. Senyumnya menyungging. Beliau juga rajin praktek resep. Guntingan kliping resepnya banyak. Bila mencicipi suatu masakan, langsung bisa menebak bumbunya apa-apa saja. Ini yang hebat. Menakjubkan. Ajaib. Aku tidak akan mungkin bisa seperti itu. Beliau paling senang bicara kuliner. Aku juga suka, tapi mbak Nana akan bicara kuliner disertai keinginan untuk tahu cara membuat. Nah, itu bedanya dengan aku. Kalau aku cukup sampai tahap makan dan komentar.:D

Walaupun ada yang bilang bahwa pintar memasak hanya masalah waktu, masalah jam terbang, aku termasuk tidak setuju. Sangat menentang pendapat itu. Bagaimana mungkin? Aku saja yang sudah hidup tahunan di bumi, sampai sekarang masih gagal untuk bisa masak. Namun apa daya, aku hidup berdampingan dengan kegiatan masak. Kalau nggak masak, mau dikasih makan apa keluarga?. Kalau harus terus jajan, kan mahal. Jadi ya..hadapi saja. J.a.l.a.n.i

Rabu, 12 November 2008

Congrats!

Selamat menjadi tamu Allah ya Mama dan Papa. Hanya orang-orang pilihan yang mendapat hidayah Allah sajalah yang datang ke Baitullah. Bayangkan begitu banyaknya orang-orang kaya namun belum terbuka hatinya untuk menunaikan ibadah haji, dan bayangkan begitu banyaknya orang-orang yang tak mampu namun begitu merindukan ingin pergi ke Mekah. Ah kalian memang beruntung. Tolong doakan aku bisa menyusul ya. Doakan juga keluarga dan anakku, mama papa.

Senin, 03 November 2008


Ternyata Laskar Pelangi the Movie sehebat gaungnya. Ia memang film yang hebat yang tak hanya berhasil menangkap esensi novel aslinya, tapi juga berhasil mengcapture semua karakter-karakter yang ada di dalam novelnya secara menyeluruh. Walaupun ada beberapa karakter baru, itu ajaibnya tidak mengubah alur cerita secara signifikan.


Salut buat usaha Riri dan kawan-kawan. Teruslah membuat film-film bermutu yang punya kontribusi untuk negara. Ayo jangan bikin film sampah dong!

Tapi apalah artinya Neng…


Aku senang dan antusias menemukan bahwa daerah tempat berlabuhnya mama papa di masa pensiunnya adalah daerah yang sangat ideal. Terletak di pinggiran kota Malang, Sawojajar bersikap sangat hangat pada para “manula pensiunan” itu. Tidak hanya penduduknya, namun juga akses jalannya. Kemana-mana sangat dekat. Ke jajanan kaki lima, ke pasar, ke mesjid, ke ruko-ruko yang berjualan aneka macam keperluan rumah tangga, bahkan dekat pula ke sebuah panti asuhan yang bisa dipandang sebagai ladang buat beramal.
Mereka tidak perlu ke pusat kota Malang untuk membeli kebutuhan. Cukup ke luar dari komplek, semua keperluan tersedia. Dan yang paling penting, terdapat banyak keluarga-keluarga dan kerabat yang 24 jam sigap membantu mama papa dengan ikhlas. Mama papa sudah sepuh, segala keterbatasan menyergap. Energi tidak sekuat dulu lagi. Gerakan tubuh sudah lamban. Ketergantungan pada keluarga terdekat menjadi sangat tinggi. Maka melihat mama papa dikelilingi oleh keluarga yang siap sedia membantu mereka, membuatku banyak-banyak bersyukur pada Allah SWT.

Pada suatu hari, membonceng di belakang sepeda motor papa, aku memuji-muji dan menyatakan kelegaanku atas semua ini. Aku juga mengucapkan selamat karena pilihan papa mama memilih tinggal di kota Malang sudah tepat. Papa mengendarai motornya perlahan. Dari belakang hanya bisa kulihat papa menyimak semua kalimatku. Beliau tidak mengatakan apa-apa. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Namun begitu berucap serangkaian kalimat, hatiku menjadi gerimis mendengarnya. “Tapi apalah arti semuanya Neng, tanpa Kamal di dekat rumah…”

Kamal Tour de Java



Alhamdulillah, akhirnya berakhir juga perjalanan Kamal keliling Jawa. Dari Depok, ke Semarang, ke Malang, kembali ke Balikpapan. Depok menawarkan kehangatan ala keluarga Zakaria, Semarang mengajarkan tentang arti hidup sederhana dan bersahaja, Malang memberi kasih sayang yang berlimpah dan terkadang berlebih-lebihan. Pemanjaan yang absolute terhadap seorang cucu:))
Perjalanan kemarin memang banyak memberi pelajaran. Tentang persaudaraan, empati, kehangatan, keikhlasan, dan pelajaran-pelajaran hidup lainnya.

Namun apabila boleh membandingkan, ternyata tidak ada yang seindah berada di rumah. Dekat Bapak dan Ibu. Dan Kamal. Walaupun pada awalnya kembali ke Balikpapan seperti membuat Kamal kesal, tapi Alhamdulillah semua jadi cair begitu merasakan nikmatnya berenang pakai pelampung. Apalagi ketika sudah sekolah lagi. Ketemu teman-teman lagi, ketemu Bu Nida, Pak Wawan, dan hmm satu guru baru yang baik, Bu Ratih.

Di awal-awal berada di rumah, masih disebut semua nama anggota keluarga Jawa. “Tante Dian, Uti Eni, Kukung Dirjo, Kakak Ika, Kakak Tia, Abang Padi, Mamah Mimit, Abah Hemi, Nenek Titik, Kaik Dudin”. Anak yang manis. Selalu bisa membalas kasih sayang keluarga-keluarga dengan kasih sayang juga. Alhamdulillah.

Selalu ada perpisahan untuk sebuah pertemuan. Biarlah Kamal belajar tentang yang satu ini. Semoga selalu diberi cukup rezeki dan kesehatan sehingga terus bisa menyambung tali silaturahim antar pulau. Amin ya Robbal Alamin.

Kamis, 25 September 2008

POLIGAMI: Abu Sangkan berbicara

Seputar Pertanyaan Poligami
Mon Oct 16, 2000 8:38 pm
Ass, Wr, Wb,Sdr. Yahya dan anggota milis yth,
Saya minta maaf yang sebesar-besarnya agak terlambat membahas masalahpoligami, dikarenakan banyak pertanyaan dari anggotayang lain, yang juga perlusaya jawab,.... ..termasuk masa! lah fiqh .Saya harus berhati-hati karena hal ini menyangkutpersolan hukum, dimanapendapat saya harus dikesampingkan dulu, kecuali hanyamenambahkan danmemberikan penjelasan ... Saya tidak berani berijtihadsemaunya, karena itusaya harus mencari referensi melalui kitab-kitab yangdiakui semuakalangan..saya tidak mau berpolemik dengansaudara-saudara muslim yanglainnya karena saya sudah enggan mengotori hati hanyakarena perbedaan furu', yang akhirnya menjadi adu otot yang tiadahabisnya.lihatlah sejarahsaudara-saudara kita .NU dan Muhammdiyah ..Persis VsNU ..Wahabiyahdan syi'ah, kelompok ini dan itu.Saya harus memulai dengan cara minta maaf kepada anda.marilah kitamempererat dan menghimpun kekuatan ummat dari skalakita berdua .kemudiankita kembangkan menjadi empat .sepuluh.seratus, sejutadan semilyar ..ummatyang hatinya bersih dan sa! tu ..saudara kita banyakbukan hanya sekedarslogan, walaupun berbeda pendapat ..akan tetapi rahmatAllah meliputi kita..aminUuntuk sementara kalangan, poligami begitu menjadicita-cita yangmenyenangkan dan yang lainnya justru kurang setujuterhadap poligamiterutama bagi kaum wanita. Sebenarnya bagaimana kitamemandang dan mendudukkanayat-ayat mengenai poligami teresebut.Mari kita kaji surat An Nisa' ayat 3"dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuanyatim (bilamana kamu mengawininya) ,maka kawinilahwanita-wanita (lain) yangkamu senangi : dua ,tiga atau empat. Kemudian jikakamu takut tidak akandapat berlaku adil , maka (kawinilah) seorang saja.Atau budak-budak yangkamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekatkepada tidak berbuat aniaya.Pada ayat diatas dinyatakan, boleh menikahi wanitadua, tiga ,atau empat ..Jika kamu tidak mampu berbuat adil ..maka kawinilahseorang saja ..Kata "adil" disini belum dijelaskan secara rinci.apakah adil dalampembagian materi atau adil dari sisi kasih sayang dancinta..Untuk mengetahui arti "adil " yang sah menurutAlqur'an adalah dijelaskanpada surat An Nisa' ayat 129 ."dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri(mu) , walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian,karena itu janganlahkamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai)sehingga kamu biarkan yanglain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakanperbaikan dan memeliharadiri (dari)kecurangan, maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi MahaPenyayang"Pada ayat tsb., Allah mematahkan semangat orang yangingin berpoligami dengankalimat yang tidak mungkin kita lakukan .walantastatii'uu an ta'diluubainan nisa'i walau harastum ..kalau saya terjemahkanbebas ..dan kaliantidak akan pernah mampu untuk berlaku adil terhadapwanita walaupun kamusangat menginginkannya ..dalam ayat ini terdapatkalimat taukid (penguat)seperti pada kalimat wa lan tastati'u an ta'diluu.Didalam ilmu nahwu dijelaskan, bahwa kalimat mudhori'jika didahului olehkalimat taukid bermakna " tidak mungkin /tidak akanmungkin " seperti padakalimat tastati'u didahului oleh kata LAN dan sebelumta'dilu ada kataAn . dan dikuatkan oleh kalimat harastum ada katawalau ...semuanya itumenunjukkan taukid , artinya Allah sangat melaranguntuk melakukan poligamiakan tetapi tidak diharamkan .masih bersifat anjuran /penjelasan tentangsifat manusia yang tidak akan mungkin berlakudemikian, walaupun sangatingin berlaku adil ..sebab jika akan terusdilaksanakan maka Tuhansekali-kali tidak akan mau disalahkan .oleh sebabkonflik yang akan timbuldidalam berpoligami , terutama konflik bathin yangmerupakan sifat dasarwanita, yang tidak ingin terbagi kasih sayangnya.Sifat ayat diatas hampir sama dengan sindiran orangyang bercerai .perbuatan halal yang dibenci oleh Allah adalahbercerai .Namun demikian, saya tidak mengatakan bahwa poligamiitu dilarang agama ,tetapi merupakan suatu peringatan yang sangat tegas.dan peringatan itumengandung penjelasan watak manusia ..yang menyebabkankemungkinan akan timbulkonflik itu sangat besar. Untuk itu ,Allah mencegahdengan kata " kalian tidakakan pernah mampu berlaku adil"Akan tetapi dikarenakan manusia itu selalu mencarialasan kebolehan didalampemenuhan nafsu syahwatnya, .maka tidak jarang orangmengatakan inilahsunnah nabi padalah kalau kita berbicara keimanan ataskalimat dan anjuranTuhan Raja kita, saya kira lebih baik kita menurutisaja apa pendapat Allahyang Maha Agung dari pada beralasan, yang menipu dirisendiri denganberdalil syariat..Persoalan ini bukan haram atau tidak nya berpoligami,akan tetapi lebihkepada tuntutan terhadap keimanan dan kedalaman moralketuhanan atau Ihsan.dimana kita sudah tidak menggubris nasihat baikdari-Nya,..... kecualikalau sudah dianggap darurat ..misalnya , istrimengizinkan untuk menikahlagi karena sebab tertentu .atau karena alasanperjuangan, sakit, suamimemiliki libido yang tinggi dll.Hal inilah yang membedakan dengan ajaran katholik,yang melarang berpoligami!!Saya akan ambil perbandingan dengan surat Al Baqarah :282-283" Hai orang-orang yang beriman, apabila kamubermua'malah tidak secara tunaiuntuk waktu ditentukan , hendaklah kamu menuliskannya.dan hendaklah seorangpenulis diantara kamu menuliskannya dengan benar . danjanganlah penulisenggan menuliskanya sebagaimana Allah mengajarkannya,maka hendaklah iamenulis, dan hendaklah orang yang berhutang itumengimla'kan (apa yang akanditulis) ...Pada ayat ini terdapat kalimat perintah (amar) fak tub..maka tulislah !!pertanyaannya adalah , apakah orang yang tidakmenuliskan transaksi atauhutang piutang didalam berbisnis itu haram , karenamengabaikan kalimatperintah Allah ??? jawabannya , adalah tidak haram..akan tetapi jika kitamengabaikan perintah itu , sangat dimungkinkan untukberlaku curang, lupa,dan menimbulkan kekacauan manajemen perusahaan.yangpada akhirnyamengakibatkan keharaman juga .Sama hal dengan poligami ..jika kita nekat untukmelakukan poligami ..makatunggulah saatnya konflik-konflik akan terjadi danmengakibatkankeharaman .sehingga buruk akibatnya secara psikologis..baik hubungan suamiistri maupun kepada anak-anaknya..Dan mari kita lihat contoh atsar empat sahabat nabiyang menanggapi ayatdiatas (poligami) dengan rasa malu yang tinggi karenasudah dinyatakan"kalian tidak akan pernah mampu" , rupanya merekatidak ada yang beralasanmacam-macam untuk memenuhi nafsunya . .Berikutnya , mengenai mengawini wanita dua saudarasekaligus .dalam islamdiharamkan , karena itu terjadi pada jaman jahiliah,dan tidak pandang diaperawan atau pernah kawin.karena disitu tidakdisebutkan ..pendapat ini sayaambil dalam kitab tafsir sofwatut tafaasir , oleh AliAsh shabuni , Beirut.Didalam hadist riwayat Abu Hurairah.Diharamkan menikahi dua wanita bersaudara (kakakberadik)Menikahi anak haram ??Secara syariat Islam di bolehkan namun orang tualaki-laki digantikan olehwali hakim,Dari Aisyah telah berkata , Rasulullah Saw.telahbersabda : wanita manapunyang menikah tanpa izin walinya , maka nikahnya batal,maka jika sudahterlanjur ( sudah bersenggama) maka ia berhak atasmahar sebagai penghalal .dan jika berselisih dalam keturunan maka hakimlahsebagai wali bagi orangyang tidak mempunyai wali ..( Al hakim )

Wassalam, Wr, Wb,
#Abu Sangkan#

Sabtu, 20 September 2008

Cerita di sebuah Jumat: Yang tersisa dari kunjungan guru KB Mentari ke rumah Kamal;)


Keutamaan hari Jumat sering dikisahkan dalam Hadist-hadist Nabi Muhammad SAW. Beberapa diantaranya adalah:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Kita umat Muslim adalah umat yang terakhir namun yang paling terkemuka pada hari kiamat meskipun umat-umat telah diberikan kitab sucu sebelum kita. Dan hari ini (Jumat) adalah hari mereka diwajibkan merayakannya dengan ibadah seperti khutbah dan sholat…..Umat Yahudi merayakan hari sucinya pada Sabtu dan Kristiani pada Minggu.”

Diriwayatkan dari Thawus r.a.: Aku berkata pada Ibnu Abbas r.a.: Rasulullah pernah bersabda: Mandilah pada hari Jumat dan keramaslah (meski kau tidak dalam keadaan janabbah) dan pakailah wewangian.”

Ada juga hadist yang membahas ‘saat-saat berlipat gandanya pahala pada hari Jumat’: diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW membicarakan tentang hari Jumat dan berkata, “Ada saat pada hari Jumat seandainya seorang Muslim memperolehnya ketika mengerjakan sholat dan memohon sesuatu kepada Allah SWT, maka Allah mengabulkan permohonannya.”

Nah, berkenaan dengan hari Jumat yang penuh berkah ini, tepatnya tanggal 19 September 2008, Kamal mengalami hari yang menyenangkan: kedatangan 3 guru kelas KB Mentari yang baik-baik, Bu Erna, Bu Nida dan Pak Wawan!

Rona bahagia sudah muncul tatkala melihat pak Wawan melongokkan kepalanya dari luar pagar tepat pukul 10.00 pagi. Kamal berlari-lari kecil menyambut guru kesayangannya yang satu ini. Buku pesawat yang dari tadi dipegangnya langsung diulurkan ke luar pagar, ke tangan pak Wawan. Entah apa maksudnya. Mungkin karena terlalu girang atau antusias, ibu juga kurang paham.

Untunglah pak Wawan sangat pengertian: “Wah buku apa ini. Bagus ya. Nanti kita baca sama-sama di dalam ya.” Katanya penuh hangat. Walaupun saat itu tidak dalam keadaan sehat, Pak Wawan tetap ceria menyenangkan Kamal. Baik sekali.

Ketiga guru Kamal lalu masuk dan menolak untuk duduk di sofa. Kata mereka duduk di lantai lebih nyaman. Dari sini, Kamal sudah mulai bergerak kesana kemari seperti gasing. Ditampakkannya semua ekspresi senang dalam hatinya hingga tidak ada lagi yang tersisa. Hingga di dua tahun umurnya ini, tidak pernah Ibu melihatnya seperti di Jumat ini. Subhanallah, tingkahnya seperti gabungan antara berceloteh, lompat, lari, tertawa, senyum, bernyanyi, membaca buku, memamerkan barang-barang, yang semuanya dilakukan pada satu tarikan nafas di satu waktu. Bisa membayangkan hebohnya? :)))
Sungguh hari Jumat yang membahagiakan.

Sempat berbincang-bincang dengan Bu Nida, Ibu menjadi tambah sayang dengan guru-guru Jabalussalam, manakala mendengar cerita beliau tentang DASQ. Ternyata selain mendidik anak-anak di sekolah, mereka juga punya semacam Event Organizer yang bergerak di bidang social kependidikan. Kegiatan DASQ bulan Ramadhan ini adalah mengajar di pesantren-pesantren kilat. Masya Allah, benar-benar sekumpulan umat yang efektif. Umat yang bermanfaat!

Akhirnya tiba saatnya memberikan “kabar duka” untuk Kamal. Tepat pukul 10.55 atau pukul sebelas kurang lima menit, ketiga guru sudah mulai memakai tas masing-masing. Sedangkan Kamal masih belum menyadari bahwa guru-gurunya akan pamit pulang. Kamal masih sibuk membacakan satu persatu buku-bukunya dan berlari-lari keliling rumah. Ketika akhirnya berhasil Ibu tangkap, Ibu tangkap ke dalam matanya dan ibu beritakan bahwa sudah waktunya Bu Nida, Bu Erna dan Pak Wawan pulang.

Seketika cahaya kegembiraannya meredup. Malah sempat berlari ke dalam kamar, menolak untuk dipamiti. Mungkin patah hati, “mengapa mereka tidak tinggal di sini saja di rumah Kamal, mengapa mesti pulang? Kamal kan senang kalau mereka di sini..?

Singkat cerita, Kamal berhasil dipaksa tersenyum oleh tiga guru yang lihai-lihai ini. Sebelum keluar pintu utama rumah, Kamal menghadiahi guru-gurunya dengan pelukan hangat dan sayang nan tulus (so sweet and so spontaneous!!). Subhanallah. Seperti gabungan ungkapan ‘sayang’ dan ucapan ‘terima kasih sudah main ke rumah Kamal yaaa…’

Terima kasih Bu Nida, Bu Erna dan Pak Wawan. Sudah menghadiahi satu hari Jumat yang indah buat Kamal.

Jumat, 12 September 2008

Jabalussalam goes to Panti Jompo







Tidak seperti biasanya tanggal 12 September 2008 pukul 08.00 pagi, suasana di depan TK Alam Jabalussalam ramai sekali. Di jalanan, mobil-mobil berbaris rapi. Para Bunda dan satu dua orang Ayah terlihat hilir mudik. Sejumlah Greenbag berisi bingkisan dipindahkan dari mobil ke halaman samping mesjid, satu dua orang Ayah terlihat sigap membantu. Belum lagi aktivitas di dalam sekolah. Teman-teman kecil dari TK A dan B sudah duduk bersila dalam barisan yang rapi. Suara mereka riuh rendah. Beberapa orang guru tampak sibuk mengatur, menenangkan, sembari mengabsen. Suara mereka terlihat berjuang melawan suara teman-teman kecil yang ribut. Ada apa gerangan? Ternyata hari ini, teman-teman dari TK A dan TK B akan berkunjung ke Panti Jompo. Kunjungan mereka ini akan disertai oleh para Bunda dan Yanda Guru dan para orang-tua masing-masing.

Tepat pukul 08.30, teman-teman kecil dengan wajah secerah mentari, dalam barisan kereta api yang didampingi Yanda Bunda guru, berbaris keluar dari sekolah. Mereka mengisi mobil-mobil yang sudah tersedia. Tidak lupa Ayah, Bunda juga turut serta. Sebagian Bunda menjadi sukarelawan “supir” dadakan. Alhamdulillah, mobil yang tersedia mampu menampung teman-teman TK yang jumlahnya sekitar 70 orang, 6 orang guru dan 22 orang tua murid. Setelah yakin semua siap, perlahan mobil-mobil bergerak berkonvoi menuju tujuan.

Pukul 09.00 rombongan tiba di Panti Jompo Tresna Werdha Bakti Abadi. Di sana mereka diarahkan untuk berkumpul di Langgar Ar Rahmah dan mendapatkan briefing dari Bunda dan Yanda guru. Tak lupa mereka berdoa demi kelancaran acara. Setelah pemberian pengarahan selesai, teman-teman berbaris di depan langgar, bersiap-siap untuk kunjungan. Agar kunjungan teratur dan efektif, barisan dibagi menjadi dua. Menginjak pukul 09.50 teman-teman TK A dan B bergantian masuk ke dalam ruangan.

Bingkisan-bingkisan sederhana disiapkan dan dibagikan langsung oleh perwakilan teman dari TK A dan B. Bingkisan itu antara lain berisi penganan kecil dan peralatan mandi. Beberapa teman-teman tampak santun bertanya kepada para nenek dan kakek di bawah bimbingan Bunda Yanda guru. Guru-guru juga tampak menyapa hangat dan menyalami mereka satu persatu. Terdapat sekitar 12 nenek dan 6 orang kakek di Panti Jompo yang berdiri tahun 1989 tersebut. Mereka antara lain sampai di Panti dengan berbagai jalan. Ada yang langsung diserahkan oleh keluarga, ada yang diserahkan oleh Pamong Praja dan ada juga yang diantarkan oleh para warga karena terlihat tersesat di jalan.

Suasana kunjungan berlangsung singkat tapi meninggalkan kesan mendalam untuk teman-teman kecil Jabalussalam. Beberapa penghuni Panti bahkan menitikkan airmata haru. Dari mulut mereka terlontar ucapan terima kasih karena telah dikunjungi. Ketika jam menunjukkan pukul 10.10 kunjungan berakhir. Ketika teman-teman TK berkumpul kembali di Langgar Ar Rahmah, Yanda Amir memberikan pencerahan mengenai esensi dari kunjungan ke Panti Jompo ini. Beliau menanamkan kewajiban untuk menghormati dan menyayangi orang yang telah lanjut usia, seperti nenek dan kakek yang baru mereka lihat. Teman-teman juga disentuh hatinya untuk lebih berempati dan menyelami perasaan penghuni Panti. Teman-teman mungil tampak menyimak dengan tekun. Sesekali menjawab pertanyaan Yanda Amir dengan semangat.
“Kalau sama orang tua harus apa temen-temen?”
“Harus sayaaaaaannnnnggg!”
“Boleh nggak kita pukul-pukul orang tua kita? Kakek dan nenek kita??”
“Nggak boleeeehhh!”
“Trus nggak boleh apa lagi??”
“Dorong-dorong...”
“Marah-marah...”
“Iya, jadi dengan orang tua kita harus saaayyyaaang...harus hooormat.”

Tepat pukul 10.25 acara lawatan ditutup dengan berdoa bersama. Alhamdulillah acara kunjungan hari ini berjalan lancar sesuai harapan. Semoga apa yang telah dilewati teman-teman kecil Jabalussalam hari ini menjadi rekaman yang tak hilang oleh waktu dan mampu mengingatkan mereka akan fitrah manusia yang harus selalu saling sayang dan hormat kepada yang lebih tua, hingga dewasa nanti.

Selasa, 09 September 2008

Finally released!!


Salah satu yang paling menyenangkan di bulan Ramadhan kali ini adalah menantikan saat menonton film Laskar Pelangi The Movie ini. Untuk orang yang tinggal di daerah seperti aku ini, kudu banyak-banyak bersabar. Karena bioskop daerah tidak bisa serta merta menayangkan sebuah film baru bahkan setelah keluar press release film tersebut sudah dapat ditonton di bioskop-bioskop terdekat!! :) Mungkin butuh waktu sekitar..yahhh...2 bulan kemudian, untuk menonton sebuah film baru yang sudah beredar di Jakarta nun jauh di sana. Tapi nggak papa. Aku rela menunggu film yang satu ini. Sebuah film yang pasti apik dari buku yang apiknya luar biasa!!

KEMATIAN

Hari ini seorang saudara yang kebetulan bekerja membantu pekerjaan rumah sedang berduka. Empat puluh hari setelah kematian ayahnda tercinta, saudara kandungnya menyusul. Innalillahi wainnaillahi rojiun. Sepanjang pagi hingga sore, kesedihan merudung menyelimuti wajahnya. Aku hampir-hampir bisa melihat hatinya yang gerimis. Dua kematian orang-orang tersayang sungguh membawa lara. Aku hanya bisa menghiburnya dengan kata-kata “sabar ya Mbak” saja. Sesungguhnya kata-kata penghiburan yang aku keluarkan, aku sendiri meragukannya. Tidak bisa aku, khususnya AKU, bayangkan kehilangan dua orang sekaligus.

Aku sendiri tidak yakin bisa sabar, apabila kematian menimpa orang-orang tersayang. Sabar dengan kematian hanya milik orang-orang yang berilmu, sedang diri selalu merasa miskin ilmu. Melihatnya duduk di pinggir tangga dan meratap membuatku berpikir tentang aku. Apabila kelak datang hari dimana aku menerima berita kematian orangtuaku, apakah aku akan meratap juga? Apakah aku akan menangis satu hari satu malam? Apakah aku cukup berilmu untuk tidak melakukan dua hal itu? Sungguh, itu akan menjadi hal yang berat. Aku rasa aku tidak akan pernah siap dan ikhlas. Mohon ampunanMu untuk itu Ya Rabb…

Kematian adalah hal yang absolute. Beberapa orang bijak selalu mengatakan bahwa kita semua akan mati. Tinggal menunggu giliran. Seperti antri dalam satu barisan dan sewaktu-waktu dipilih acak, dengan hak pilih di tanganNya. Sungguh Maha Kuasa Allah Azza Wa Jalla pemilik seluruh jiwa raga kita. Apabila Ia berkehendak, maka dengan mudah direnggutNya jiwa dari raga. Tak peduli itu adalah orang-orang terkasihmu. Tak peduli bahwa kau belum merasa puas berkumpul dengan mereka di dunia.

Perasaan sayang yang melimpah ruah untuk orangtua membuat kematian itu sendiri terasa menakutkan. Bagiku, cita-cita tertinggi adalah berkumpul selamanya dengan keluarga besar di surga Allah. Ini membawaku untuk terus memperbaiki diri dari sekarang. Semoga Allah SWT mengijabahi harapanku yang satu itu, dan meridhoi semua usahaku ke jalan yang lurus. Amin.

Ramadhan tahun ini..


Ramadhan tahun ini aku mengenal satu figur baru. Seorang hamba Allah yang aku kenal di sekolah anakku. Ia adalah seorang yang sholehah. Tauladan untuk bagaimana seharusnya seorang muslimah hidup. Ia adalah orang yang berilmu lagi tawadhu. Ilmunya ia alirkan kepada ibu-ibu lain (sesungguhnya untuk orang-orang yang gemar mempelajari ilmu Allah, Ia memberinya kemudahan lisan dan pemahaman tentang agama). Waktu senggangnya di bulan Ramadhan ia isi dengan beribadah. Manakala waktu dhuha tiba, ia bergegas untuk berwudhu. Manakala mayoritas Ibu mengisi waktu dengan ngobrol di mesjid sembari menunggu anak masing-masing pulang, ia tunduk membaca tafsir Al Quran. Manakala bergunjing dan tertawa berlebihan mengiringi setiap percakapan para ibu, ia hanya tersenyum, sesekali mengalihkan pandangan dari tafsir dan menatap ibu-ibu lain sambil tersenyum wajar. Hanya untuk tampak sopan saja. Sesekali, ya hanya sesekali ia ikut bicara. Itupun hanya bertanya seperlunya. Mungkin ia menganut azas diam itu emas. Atau diam sajalah apabila kata yang engkau keluarkan tidak sarat ilmu. Sungguh ciri-ciri orang berilmu.


Ibu ini berparas tidak cantik. Yang tampak dari parasnya adalah keelokan hatinya. Dan kekuatan lakunya. Ilmunya tersebar di setiap langkah kakinya. Caranya berpakaian sangat sederhana. Masih, ia masih tertarik dengan baju-baju dagangan ibu-ibu lain. Sesekali menengok apa yang dijual, atau menaksir ukuran beberapa baju anak. Mengira-ngira apakah yang ini, ataukah yang itu, yang pas buat si kecil. Ia adalah sosok yang beragama namun tidaklah berlebihan (sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang yang berlebih-lebihan dalam beragama, bukan?). Aku bersyukur karena Allah mempertemukan kami. Beberapa pencerahan yang datang padaku mungkin datang dengan melihat-lihat figur-figur baru yang datang. Insya Allah.

Ramadhan tahun ini aku juga membaca satu buku baru. Buku itu dikirim oleh seorang sepupu yang tinggal di Depok. Namanya Mbak Mita. Buku ini sangat bagus dan mencerahkan sekali. Bahasanya sederhana namun dalam. Benar-benar gaya bahasa sehari-hari. Karena sesungguhnya buku ini merupakan blog pribadi yang dibukukan. Namun karena kata-katanya memang indah dan sarat makna, blog itu kemudian dikunjungi oleh orang-orang di seluruh penjuru dunia. Semua orang terpikat membaca intisari kehidupan yang dijabarkan dengan sangat islami. Belum lagi satiran ayat-ayat Allah yang selalu, ingat, s.e.l.a.l.u menyertai setiap tema. Tema kehidupan merupakan perenungan pribadi penulis. Maka tak heran ia dijuluki “a life storyteller”. Sejak membaca bukunya, aku menjadi pengunjung setia blognya. Bersama ratusan atau mungkin ribuan pengunjung lainnya, aku membaca, mengkopi paste tulisan-tulisannya, dan mereguk kata-kata sarat makna darinya.

Dan akhirnya, aku cuma ingin merekomendasikan buku ini “Satu Tiket ke Surga” dan blog ini
www.wisdomthruwords.blogspot.com untuk dibaca.

Jumat, 29 Agustus 2008

M. Amien Rais

Prof. Dr. H. Amien Rais lahir di Solo, 26 April 1944 adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR periode 1999 - 2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober 1999.

Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia pada saat-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah satu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN dari saat PAN berdiri sampai tahun 2005.

Sebuah majalah pernah menjulukinya sebagai "King Maker". Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10% dalam pemilu 1999
Awal karir
Lahir di
Solo pada 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam keluarga aktivis Muhammadiyah yang fanatik. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak lulus sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada 1968 dan lulus Sarjana Muda Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1969), ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun 1984 dengan menggenggam gelar master (1974) dari Universitas Notre Dame, Indiana, dan gelar doktor ilmu politik dari Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat.

Kembali ke tanah air, Amien kembali ke kampusnya, Universitas Gadjah Mada sebagai dosen. Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendekiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Lokomotif Reformasi.
Terjun ke politik
Akhirnya setelah terlibat langsung dalam proses reformasi, Amien membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998 dengan platform nasionalis terbuka. Ketika hasil pemilu 1999 tak memuaskan bagi PAN, Amien masih mampu bermain cantik dengan berhasil menjadi ketua MPR.
Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon presiden dan meraih hampir 15% suara nasional.

Pada 2006 Amien turut mendukung evaluasi kontrak karya terhadap PT. Freeport Indonesia. Setelah terjadi Peristiwa Abepura, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar secara tidak langsung menuding Amien Rais dan LSM terlibat dibalik peristiwa ini. Tapi hal ini kemudian dibantah kembali oleh Syamsir Siregar.

Pada Mei 2007 ia mengaku bahwa semasa kampanye pemilihan umum presiden pada tahun 2004 ia menerima dana nonbujeter Departemen Perikanan dan Kelautan dari Menteri Perikanan dan Kelautan Rokhmin Dahuri sebesar Rp200 juta sekaligus menuduh bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden lainnya turut menerima dana dari departemen tersebut, termasuk pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang kemudian terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kamis, 28 Agustus 2008

Puisi Ibu buat sekolahnya Kamal:)

Kala hitam melegam kelam
Menjemput petang diam-diam
Lamat teringat Jabalussalam
Renungan diri di satu malam

Berdiri anggun bagai pualam
Menentang zaman yang kian suram
Mereguk cinta nan riuh redam
Menghantar salam menepis dendam

Ada rahmat di Jabalussalam
Lembut mengalun bagai kalam
Menyelimut batin hingga tentram
Meraup hidayah dalam-dalam

Teruntai doa rapi tersulam
Tuk sekolahku Jabalussalam
Ya Allah pemilik kini dan silam
Mohon pimpin langkahnya selayak imam


Balikpapan, 29 Agustus 2008
01.20

Rabu, 20 Agustus 2008

Perayaan Tujuh belas Agustus di Jabalussalam


20 Agustus 2008 menjadi hari yang semarak di Jabalussalam. Semaraknya Jabalussalam seperti didukung oleh turunnya hujan dari rongga-rongga langit. Seakan alam juga ingin meramaikan perayaan Tujuh belas-an di sekolah itu. Bahkan hujan yang turun tidak mampu membendung arus teman-teman dari TK dan KB yang ingin merayakan hari ini. Satu persatu mereka tiba di sekolah. Turun dari dalam kendaraan pengantar dengan memakai jas hujan yang lucu dan berwarna warni. Payung-payung mengembang ikut menghantarkan kedatangan mereka. Senyum menghiasi wajah-wajah mungil. Orang tua dengan hangat menggenggam jari mereka, menggandeng tangan mereka, seolah mampu menghilangkan rasa dingin yang mendera tubuh-tubuh kecil itu.

Para panitia lomba di hari itu sudah berkumpul semenjak pukul 7 pagi. Walapun tidak semua tepat waktu. Beberapa memang harus mendahulukan keluarga sebelum berangkat ke sekolah. Apalagi bagi yang tidak punya mbak yang membantu. Maka ibu-ibu lain mempermaklumkan hal ini.

Riuh rendah panitia tidak kalah heboh dengan teman-teman kecil. Ibu ketua mondar-mandir memastikan semua berjalan seperti yang diharapkan. Mereka dari masing-masing divisi juga memastikan semuanya lancar. Divisi acara memeriksa ruangan tempat lomba, memastikan hadiah, kupon, jadwal lomba, penjaga stand. Divisi bazaar memastikan lokasi bazaar, meja display, mericek peserta bazaar, dan lainnya. Divisi konsumsi sibuk memasukkan kue-kue ke dalam kota, memeriksa minuman, memastikan jumlahnya, mengecek daftar penerima konsumsi, dan mengangkutnya ke lokasi pembagian makanan. Semua tampak tekun. Malah terkadang ada yang lupa tersenyum. Beberapa masih mampu bersenda gurau. Canda tawa yang khas Ibu-ibu sekali.

Keikhlasan terasa begitu dekat manakala melihat banyaknya donasi yang masuk. Di Jabalussalam, keikhlasan bukan jargon semata. Begitu dahsyatnya arus penyumbang sampai-sampai Komite mengeluarkan dana yang tidak begitu banyak. Hadiah-hadiah lomba tertangani langsung dengan donatur. Begitu juga dengan konsumsi. Souvenir, kupon, dus makanan, minuman, semua yang besar-besar hingga yang kecil, tuntas dengan kegotong-royongan para donatur.

Alhamdulillah, semangat merayakan Tujuh belas Agustus di Jabalussalam memang mengagumkan. Bukan sekedar simbolik saja bila dresscode panitia pada saat itu adalah merah putih. Aura giat memperjuangkan suksesnya acara jelas tampak pada kinerja panitia. Aura yang sama juga terlihat dari teman-teman kecil yang ramai mengikuti semua lomba yang digelar. Hadiah-hadiah dengan cepat berpindah tangan dari panitia ke peserta lomba. Kalah menang semua dapat. Senyum-senyum senang menyertai penyerahan hadiah. Bahkan di pintu masuk utama pun anak-anak sudah dimanjakan dengan souvenir kecil berupa pensil yang lucu.

Ibu-ibu bahagia dapat membahagiakan anak-anaknya. Guru-guru tersenyum melihat anak didiknya tenggelam dalam suasana lomba (melihat dedikasi guru-guru Jabalussalam selalu menjadi renungan sendiri di hati penulis).

Ketekunan seluruh panitia di hari itu berbuah berjalan lancarnya acara. Di akhir doa penutup hari itu, kepala sekolah Jabalussalam mengucap terima kasih. Beliau berujar, tahun-tahun sebelumnya, acara-acara sejenis ini menjadi kerja para guru. Sehingga terkadang guru sampai harus pulang larut malam. Namun karena Komite baru, pekerjaan guru menjadi lebih ringan. Alhamdulillah.

Kepada semua anggota Komite 2008, selamat ya:)


Selasa, 19 Agustus 2008

Sanggar Senam Meiviata

Ber aerobic ria tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Walaupun ketika SMU, aerobic sudah lekat di hidup saya. Salah dua orang teman sekolah, ibunya mengajar di sebuah klab aerobic. Sejak SMU, saya lebih senang ikut olahraga yang berjenis beladiri. Seperti taekwondo atau latihan pernapasan, yang dulu hingga sekarang beken dengan sebutan latihan pernapasan tenaga dalam. Ketika menikah dan sudah mengalami masa melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak, terlebih lagi, sudah menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga, maka pilihan olahraga menjadi berbeda. Saya sendiri takjub dengan bergesernya pilihan ini. Namun yang pasti dan yang jelas, saya masih suka olahraga.

Sebagai wanita yang sedari kecil sudah dikaruniai oleh yang Maha Pencipta, kumpulan tulang-tulang yang besar, daging-daging yang tebal di sekujur tubuh, berat badan yang mudah sekali naik dan merupakan gabungan dari dua orang tua yang juga besar-besar, maka, olahraga menjadi w.a.j.i.b hukumnya. Bagaimana mungkin tetap mengunyah makanan tiap hari namun kalori tidak dibakar. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana tubuh ini kelak. Jadi prinsipnya memang: tiap harinya kalori h.a.r.u.s dan w.a.j.i.b dibakar. Entah cuma setengah jam atau satu jam. Lepas dari berhasil atau tidaknya lemak-lemak tubuh dibakar, pokoknya bergerak sajalah. Bakar yang sudah kamu makan!

Begitulah. Dulu ketika gadis, pilihan olahraga sangat banyak. Melakukannya pun tidak begitu malas. Jgging, jalan cepat, tennis, badminton, tenaga dalam, taekwondo, and so and so, namun sekarang setelah badan bertambahberat, dan umur bertambah tua, belum lagi mental yang tidak pede kalau mau ikut salah satu klub beladiri, maka pilihan olahraga menjadi sempit. Lari dan jogging masih bisa dilakukan, tapi lama-lama bosan juga membunuh waktu dengan hanya berlari selama itu. Maka saya mencoba aerobic. Awalnya ikut klub yang dekat rumah saja. Rupanya itu adalah klub yang paling mewah di kota ini. Pesertanya ibu-ibu tajir dengan baju-baju senam yang mahal. Gerakannya pun seperti tidak dirancang untuk pemula yang bodoh dan idiot seperti saya. Gerakannya rumit dan eksotis. Tersengal-sengal saya menirunya.

Setelah survey di tempat lain, saya mencoba masuk ke sanggar senam Meiviata. Di sanggar senam ini, saya menemukan apa yang saya cari. Gerakan yang lebih mudah dan gampang ditiru. Lebih berpower tanpa perlu melakukan gerakan-gerakan seperti penari. Hey! Kita kan disini untuk mengeluarkan keringat. Tak perlulah mempercantik gerakan tapi keringat tidak keluar. Menurut saya lebih baik berpower, gampang diikuti, jadi keringat banyak keluar, tanpa perlu memusingkan rumitnya gerakan.

Adapun, teman-teman baik nan sederhana yang saya dapat di Meiviata, saya anggap sebagai bonus nomor dua. Saya kagum dengan semangat mereka untuk melawan takdir, memupuk harapan agar mendapat badan yang sehat. Saya mendapat teman-teman yang menyemangati saya agar tetap jadi diri sendiri. Dengan harga bayar yang tidak mahal, saya merasa dapat paket lengkap dari Meiviata. Tinggal bagaimana menyeret tubuh ini agar tiap hari tidak malas bermotor ke Meiviata. Karena kadang-kadang godaan untuk tidak olahraga banyak sekali. Apalagi olahraga berarti harus meninggalkan anak barang sejam. Wah, sejam terasa setahun bila tidak dekat anak.

Banyak hal yang bisa menjadi cambuk untuk memukul pantat agar segera memacu motor ke Meivuiata. Antara lain adalah :
1. Mama yang sekarang sakit-sakitan karena kurang bergerak. Mana maulah saya menjadi sakit-sakitan di masa tua nanti.
2. Ketika mandi dan ketika menyabun badan. Terasa bahwa lemak sudah all over the place. Time to go exercising. Biasanya itu jadi cambuk yang sangat handal. Hahaha!
3. Anak. Ketika melihat anak, saya ingin jadi ibu yang sehat untuk dia kelak. Jadi ketika dia tumbuh besar, saya juga tumbuh tua, tapi badan tidak jadi loyo tergerus zaman. Saya akan cukup segar untuk melihat dia menua.
4. Iklan TV. Media sudah berhasil mencetak biru ukuran cantik bagi wanita. Bagi media, wanita cantik adalah wanita yang putih dan langsing. Coba saja lihat. Ada berapa wanita yang menjual image wanita gemuk untuk iklan kecantikan? Tidak ada. Rupanya saya sudah termakan iklan, jadi diri merasa harus menjadi wanita-wanita kurus di Tv itu. :p Masalah nasehat ibu-ibu bijak di Meiviata, yah kadang-kadang menjadi nasehat yang masuk di telinga kiri, ngacir ke telinga kanan. Mana ada sih wanita yang tidak ingin kurus???

Jadi Dini. Sebaiknya tetap semangat. Selagi masih ada rezeki, selagi masih bisa bayar biaya senam yang Rp 100.000 tiap bulannya, maka senamlah!

Selasa, 12 Agustus 2008

Generasi larva : Memulai seratus tahun kedua

Salah satu produk populer di ”dunia gaul” dari 100 tahun kebangkitan bangsa kita adalah idiom ”Indonesia banget!”. Bahasa tubuh dan mimik yang mengungkapkan istilah itu mengungkapkan konotasi negatif.
Mungkin sekali saya salah, tetapi sering kali saya merasakan bahwa ”Indonesia banget” adalah kata ganti untuk semacam perilaku negatif, yang sehari-hari atau bahkan untuk kasus-kasus dalam skala yang lebih besar. Misalnya, buang sampah sembarangan, melanggar peraturan lalu lintas, merokok di no smoking area, tidur saat rapat atau sidang, koruptor tak terhukum, umbar janji pemilihan, bahkan pada kasus tertentu: ngiler bisa dikomentari ”Indonesia banget lu!”.
”Output” cinta
Sampai umur 29 tahun sekarang, tidak saya peroleh ”peluang menjadi pahlawan”, misalnya, dengan berjuang melawan Jepang atau Belanda. Tidak mengalami secara langsung Sumpah Pemuda, Kebangkitan Nasional, juga Proklamasi Kemerdekaan.
Ketika Reformasi terjadi, saya kesepian kuliah di Edmonton Kanada Utara tanpa seorang teman Indonesia pun. Bisa nama para menteri saja kurang dari 10 persen yang saya tahu. Tapi, saya yakin tidak ada satu pun para pendiri Indonesia yang menginginkan kata ”Indonesia” dilibatkan dalam idiom negatif ”Indonesia banget!”. Mereka pasti sedih kalau hidup cukup lama dan tahu hal ini.
Tapi, tolong jangan bilang saya tidak sedih, meskipun saya belum pernah menjadi ”aktivis nasionalisme” secara ”formal”. Juga jangan berani bilang saya tidak cinta Indonesia—meskipun, terus terang, memang saya menemukan masalah serius dalam hal ”mencintai Indonesia”.
Kalau mencintai seorang perempuan, sedikit mudah mencerna apa yang sebenarnya saya alami: suka bentuk tubuhnya, sikapnya, prinsipnya, kecerdasannya, hatinya, atau gabungan semuanya. Setelah mempelajari dan memperoleh kejelasan latar belakang orang yang saya cintai itu, akan saya tindak lanjuti dengan langkah berikutnya: mendapatkan cintanya, me-maintain cintanya, dan memastikan bahwa output dari semuanya adalah keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, kalau perlu, keluarga madani.
Itu semua frame yang relatif sederhana. Akan tetapi, cintaku kepada Indonesia itu jenis yang mana? Kalau tahap itu belum jelas, mau menindaklanjuti dengan cara bagaimana? Output bagaimana yang saya harapkan?
Bagaimana agar Indonesia bisa dicintai
Terkadang ada satu hal fundamental yang saya selalu pertanyakan: ”diri”-ku yang primer itu ”diri” yang mana? Diri ”Noe”, diri ”anak band”, diri ”penikmat fisika dan matematika”, diri ”Muslim”, dan banyak dimensi identitas lainnya. Bahkan mana yang lebih utama aku sebagai diri ”anak ibuku” atau diri ”anak ayahku”.
Untung itu bukan pertanyaan check-point seperti dalam ujian nasional. Itulah kekayaan dinamis proses kehidupan setiap orang. Dan kalau kita bicara Indonesia dengan kebangkitannya, langsung saja terasa yang paling nyata adalah bahwa diriku adalah bagian dari Indonesia. Dan cara berpikir yang saya pilih bukan bagaimana cara mencintai Indonesia, tapi bagaimana agar Indonesia bisa dicintai. Minimal oleh diri Indonesia sendiri. Di situlah wilayah kontribusi ”bagian dari Indonesia” kepada ”Indonesia”. Subyek utamanya, tujuannya, output-nya adalah ”Indonesia”, sedangkan si ”bagian dari Indonesia” hanya kontributor.
Seratus tahun yang lalu, 20 Mei 1908, yaitu tanggal berdirinya Budi Oetomo, dikenang sebagai tonggak kebangkitan nasional. Merefleksikannya ke zaman ini, pertanyaan pertama (dan cliché) adalah: setelah seratus tahun, apakah kita sudah benar-benar bangkit?
Saat itu, membaca dari buku sejarah, dua kata kunci yang memicu semangat kebangkitan bisa ditarik langsung dari dua kata kunci: eksploitasi dan diskriminasi. Waktu itu diskriminasi termanifestasi dengan adanya kesenjangan dengan obyek : pribumi-nonpribumi. Eksploitasi terutama terdefinisikan (secara kasuistik) dengan tindakan Pemerintah Hindia-Belanda yang menggunakan uang orang Indonesia untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya. Hal ini direspons oleh Ki Hadjar Dewantoro dengan artikelnya Als ik Nederlander was (seandainya saya orang Belanda), yang membawanya langsung ke penjara. Sebuah simbol perjuangan yang menebalkan polaritas dan membangkitkan semangat bersama.
Siklus alam dan lingkaran setan
Saat ini: untuk mengukur langsung tingkat kesuksesan semangat Kebangkitan Nasional, akan akurat jika mengukur dari dua kata kunci tersebut. Apakah di zaman sekarang masih ada yang namanya eksploitasi dan diskriminasi (negatif)?
Kita semua sadar pentingnya semangat kebangkitan, kita sadar kita ingin keluar dari stigma tersebut. Tapi, terlihat secara nyata dari pengalaman seratus tahun ini bahwa ada sebuah proses (bisa kita sebut lingkaran setan) dan dengan kedua ”setan” ini terpelihara dan justru terkembangbiakkan. Tidak hilang, tapi malah terlestarikan.
Contohnya dalam dunia pendidikan: ketidaksadaran akan pentingnya pendidikan (kesejahteraan guru, dana pendidikan tidak maksimal)—pendidik tidak mampu bekerja maksimal—murid terdidik dengan tidak maksimal—generasi/SDM lemah—ketidaksadaran akan pentingnya pendidikan, dan seterusnya. Diskriminasi terhadap hak pendidikan membawa degradasi generasi.
Kalau salah satu nilai yang dijunjung tinggi demokrasi adalah persamaan hak berkompetisi untuk setiap individu, padahal modal pendidikan (menjadi terdidik) adalah syarat utama untuk mampu berkompetisi tidak dapat terpenuhi (diskriminasi terjadi saat ada korelasi antara ”biaya pendidikan” dan ”kualitas pendidikan”), kita harus menyelesaikan persoalan ini dahulu sebelum berhak bicara banyak soal demokrasi.
Contoh lain dalam lalu lintas informasi: informasi tidak lengkap—salah persepsi—salah reaksi—salah sasaran—salah konklusi—disinformasi/informasi tidak lengkap. Eksploitasi disinformasi akan memperpanjang disinformasi, dan secara langsung memperpanjang kesempatan eksploitasi.
Beberapa generasi terlewati, tetap dalam lingkaran ini dan tetap tertunggangi oleh stigma-stigma ini. Yang kemudian melahirkan banyak masalah turunan yang begitu luas, akut, dan semakin sulit teridentifikasi akar masalahnya (apalagi pemecahannya). Belum ditambahi dengan budaya kita yang lebih suka menggariskan kebenaran dari norma dan bukan nilai.
Nyamuk dan generasi larva yang mandiri
Telur-larva-pupa-nyamuk-telur-larva. itulah lingkaran hidup nyamuk. Untuk memberantas nyamuk dibutuhkan cara yang efektif untuk memotong lingkaran hidup nyamuk ini sehingga lingkaran itu tidak bisa berputar secara komplet. Begitulah yang saya pelajari di SD.
Sepertinya tidak terlalu far fetched kalau kita mengadopsi cara berpikir yang sama. Dibutuhkan sebuah metode untuk memecahkan lingkaran setan ini. Masalah utamanya ternyata adalah ketidaksadaran posisi kita sebenarnya ada di mana. Mungkin sebenarnya kita sudah masuk di lingkaran tersebut. Mungkin lebih santun disebut: generasi saya, generasi muda. Sebentuk generasi larva yang terdesain sedemikian rupa untuk menjadi nyamuk di masa depannya.
Ketika beribu demo sudah dilakukan, ketika tenggorokan sudah kering berteriak tuntutan, ketika kita bingung sendiri kita baru saja menuntut apa, ketika sudah kehabisan orang yang dituntut untuk melakukan perubahan, ketika kita capai sendiri dan dengan sukarela memilih jadi salah satu dari yang dulu pernah kita benci. Sepertinya tidak ada pilihan lain: setelah larva adalah pupa dan jika berumur sedikit lebih panjang, kita akan menjadi nyamuk. Selesai.
Selesai?
Mungkin tidak kalau saja kita memulai sedikit berani. Kalau saja semua larva memutuskan untuk tidak mau menjadi bagian dari lingkaran hidup nyamuk. Kalau saja generasi larva ini beramai-ramai mendeklarasikan bahwa dirinya bukanlah larva dan tentu saja tidak menganut sifat-sifat ”kenyamukan”. Demo kali ini bukanlah berpawai ribuan orang dengan tuntutan-tuntutan yang diteriakkan. Demo yang ini adalah menyatakan jati diri dan sikap bahwa kita bukanlah larva. Kita adalah generasi baru dengan sikap dan pemikiran yang baru. Generasi ini menolak menjadi nyamuk, generasi ini generasi yang mandiri dan memilih menjadi garuda. Seharusnya dengan sikap dan pemikiran antitesis dari permasalahan selama ini.
Adalah dibutuhkan sebuah generasi mandiri (bukan hanya kontinuasi dari generasi sebelumnya) yang mau dan mampu mengubah dirinya sendiri, dan lepas dari lingkaran-lingkaran setan. Tak perlu menuntut nyamuk untuk berubah menjadi sapi. Tapi, kita pastikan kita tidak akan menjadi nyamuk, tapi menjadi generasi garuda yang sakti. Siapa tahu tahun 2008 sekarang ini adalah awal dari 100 tahun kedua dengan paradigma kebangkitan yang sudah berbeda dan tak kalah kreatif dari perintis 100 tahun pertama.
”Tidak mudah” itu pasti. ”Tidak mungkin” itu salah persepsi.
Deklarasi, petisi, hanya salah satu cara untuk memberi ”bendera” pada kebersamaan. Deklarasi menjadi mentah jika ia hanya menjadi simbol. Deklarasi akan menjadi sangat kuat bila ia menjadi ruh dari sebuah tekad yang ditanggungjawabi dalam bentuk sikap/tindakan secara bersama-sama. Tindakan adalah refleksi dari sikap. Sebelum ada tindakan semestinya datang dari pemikiran yang cermat, bersih dan obyektif. Sebuah pemikiran semestinya dilandasi sebuah nilai (tidak selalu norma) yang kita sepakati bersama sebagai sebuah kebenaran. Tanpa ada pernyataan nilai yang disepakati dan diusung bersama, ruh tindakan tidak akan hidup cukup panjang untuk membuat sebuah perubahan.
(Noe Letto)

Senin, 11 Agustus 2008

B.U.K.U

Saat menulis Andy’s Corner ini, saya sedang berada di sebuah café di sudut toko buku Borders di Sydney, Australia. Suasana café yang tidak begitu luas terasa hangat dan menyenangkan. Pengunjung café ada yang sibuk ngobrol, tapi lebih banyak yang asyik membaca. Saya betul-betul menikmati “oase” sore itu, di tengah hiruk pikuk kota Sydney. Sambil menyeruput capucino, pikiran saya menerawang ke rekaman Kick Andy episode “Dengan Hati Melihat Dunia”. Di episode tersebut, Kick Andy menampilkan sejumlah tunanetra yang luar biasa. Dalam keterbatasan fisik, mereka tetap menjalani hidup dengan optimistis. Bahkan boleh dikatakan prestasi mereka melebihi orang normal. Rama, misalnya, walau buta sejak balita, ternyata mampu mengembangkan keahliannya sebagai sound enginer yang handal. Bahkan dia mendapat kepercayaan dari perusahaan animasi kartun Marios Bros di Jepang untuk mengerjakan ilustrasi musik untuk permainan komputer yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Di episode itu juga tampil empat tunanetra yang membuat situs Kartunet.com (Karya Tuna netra. com) yang berisi karya-karya para tunanetra. Namun yang menggangu pikiran saya saat ini adalah pernyataan Irwan Dwi Kustanto, salah satu tunanetra yang tampil di episode itu. Pada saat itu, Irwan yang mengalami kebutaan sejak usia sembilan tahun mengungkapkan perasaannya. Seakan mewakili perasaan para tunanetra lainnya, Irwan mengatakan walaupun oksigen begitu banyak di sekitar mereka, yang bebas dihirup kapan saja, toh mereka merasa sesak. Perumpamaan itu dia utarakan untuk menggambarkan apa yang dirasakan para tunanetra berkaitan dengan buku. “Buku begitu banyak di sekitar kami, tetapi kami tidak bisa membacanya,” ujar Irwan, yang mengaku waktu mahasiswa terpaksa meminta teman-teman kuliahnya yang normal untuk membacakan buku baginya. Walau tidak persis seperti Irwan, ketika mahasiswa saya juga mengalami perasan yang sama. Buku ada di sekeliling saya, tapi tidak semua bisa saya baca atau miliki. Buku menjadi barang mewah. Saya harus menabung sampai tiga bulan untuk bisa membeli sebuah buku. Jangankan untuk buku biasa, untuk buku wajib yang dipersyaratkan dosen saja tidak terbeli. Kadang ada kawan yang berbaik hati menggandakan buku-buku tersebut untuk saya. Kalau tidak ada, maka saya terpaksa harus ke perpustakaan Soemantri Brojonegoro di Kawasan Kuningan, Jakarta. Hampir setiap hari saya menyalin isi buku sampai tangan pegal. Kalau petugas perpustakaan menawarkan jasa fotokopi, saya selalu mengelak. Mana saya punya uang untuk fotokopi? Saya ingat betul buku paling mahal yang pernah saya miliki waktu itu ada dua. Pertama, “Kamus Umum Bahasa Indonesia” (KUBI). Buku kedua adalah “100 Tokoh yang paling Berpengaruh di Dunia”. Begitu berharganya kedua buku itu sehingga saya menyampulinya dengan plastik dan menyimpannya baik-baik. Sampai saya berhenti kuliah, yang berhasil saya beli dan jadikan “koleksi” tidak lebih dari 20 buku. Sejak itu, di bawah alam sadar saya, ada “dendam” yang terus mengikuti langkah saya. Suatu ketika nanti, jika mampu, saya akan membeli buku sebanyak-banyaknya. Begitu suara hati saya. Akibatnya baru terasa belakangan. Sekarang hampir setiap minggu istri saya “sport jantung” melihat belanjaan buku saya. “Apa kamu sanggup membaca buku sebanyak itu dalam seminggu?” Tanya istri saya. Setelah mendengar cerita masa lalu saya, sekarang istri sudah bisa memahami dan “menutup mata” terhadap kebiasaan saya membeli buku. Walau dia tahu buku-buku itu tak akan habis terbaca bahkan dalam sebulan. Jika sekarang, melalui Kick Andy, saya bisa membagi-bagi buku, maka tak terkata kebahagiaan saya. Apalagi jika buku itu jatuh ke tangan mereka yang betul-betul membutuhkan. Mereka yang merasa sesak di tengah oksigen yang melimpah. Mereka yang melihat begitu banyak buku di sekitarnya tetapi tak sanggup memiliki. Pada awalnya, banyak penonton yang meragukan program bagi-bagi buku ini. Bahkan mereka yang beberapa kali mencoba mengikuti undian buku di website ini tapi tidak juga beruntung, menuduh program bagi-bagi buku gratis ini hanya akal-akalan alias penipuan. Saya nyaris menghentikan program bagi-bagi buku ini. Untung teman-teman tim kreatif Kick Andy meminta saya untuk tidak cepat patah semangat. Dari cuma 40 buku yang dibagi pada awalnya, kini sudah 100 buku yang bisa diakses melalui website pada setiap episode. Ini di luar 300-an buku yang dibagikan kepada penonton di studio. Belakangan semakin banyak respon positif yang kami terima. Termasuk dukungan dari para penerbit. “Dendam” yang saya pendam bertahun-tahun kini mendapatkan salurannya. Karena itu, ketika sedang duduk di café di sudut toko buku Borders di Sydney, gairah saya meledak-ledak. Melihat orang-orang yang sedang asyik membaca membuat semangat saya kembali menyala-nyala. Suatu hari nanti, saya bermimpi, di setiap sudut kota, di setiap desa, di setiap kampung di Indonesia, saya melihat orang-orang yang sedang asyik membaca. Tidak perduli tua atau muda. Tidak perduli kaya atau miskin. Mereka membaca. (Andy F Noya)
 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting