Senin, 22 Desember 2008

Dari seorang teman: Puisi buat Ibu


Anakku...
Bila ibu boleh memilih
Apakah ibu berbadan langsing
atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu
Karena dalam mengandungmu
ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah

Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman,
karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar,
atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggumu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salahsatu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu
ibu telah membekali hidupmu
dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu...
Maafkan ibu...
Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang

Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...

'SELAMAT HARI IBU, SMOGA KITA BISA MENJADI IBU YANG BISA MENGANTARKAN ANAK2 KITA MENJADI ANAK YANG SHOLEH/SHOLEHAH. AMIIN'

Renang sama Teman-teman Jabalussalam




Hari Minggu rumah Kamal rame banget. Nggak biasanya rame gini. Ada apa sih?? Ternyata temen-temen Kamal dari sekolah pada maen ke rumah. Agenda utamanya berenang bareng! Yippieee…horeeyy..seneng banget. Maklum, biasanya rumah Kamal sepi banget. Cuma 3 penghuninya. Ibu, Mbak, ma Kamal. Udah! Tar kalo Bapak pulang kerja sore..ditambah Bapak. Udah! Segitu doang… Hmmppffhh…:)

Hari Minggu kemarin rumah penuh ma teman-teman Kamal. Nggak cuma itu, mama papa masing-masing anak juga nemenin. Guru-guru sudah pasti hadir. Walaupun nggak semua, tapi seru juga. Ibu jadi tau, ohh ini ya papanya Mbak Azra…ohh itu ya papanya Abang Raihan! Seneng..:)
Acara kemaren dibuka ma berdoa bareng, dipimpin Bu Nida. Trus acara dilanjutkan dengan renang bareng. Yang paling ngebet renang ternyata kakak-kakaknya Bang Raihan. Lucu juga. Jadi gede sendiri, karena udah SD. Trus satu persatu temen-temen nyemplung ke dalem dijaga papa masing-masing anak. Yang nggak ada papanya, dijagain ma Pak Wawan yang baik (eh ada Izzas juga lho!buah hati pak Wawan. Lutuna..gendut karena turunan Abahnya:))), papanya Bang Raihan, dan pak Sholeh yang emang dimintain tolong untuk megangin temen-temen yang papanya nggak hadir. (Makasih pak Sholeeeehhh).

Abis renang, temen-temen pada laper jadi makan dulu. Mama papanya juga pada makan. Sebelum makan jangan lupa berdoa bareng. Seru, semua pada makan. Kayanya kemaren pada didulang ma mamanya deh. Pinter-pinter makannya. Alhamdulillah.

Setelah hari beranjak siang, dan setelah silaturahmi dan ngobrol-ngobrol dengan hangat, tiba waktunya tuk pamitan. Padahal temen-temen kelihatannya pada males pulang lho..(ngarang), iya! abis pada maen mainannya Kamal. Juga ada yang main sepeda-sepedaan. (Alhamdulillah Kamalnya nggak pelit! Biasanya… hmmm…:p)
Sebelum pulang, temen-temen dikumpulin untuk berdoa bareng. Sessi terakhir adalah pamitan. Yang duduk manis dan tabassum-nya paling manis, boleh pulang duluan. Ini ni yang Ibu demen. Teriakan “assalamualaikum temen-temeeeeeeennnn!” nya itu lho lucu banget. Sumpah!! :)))

Acara Minggu kemaren berjalan lancar. Alhamdulillah. Kamal pasti seneng kalo ada acara seperti itu lagi. Makanya..temen-temen main lagi ya ke rumah Kamal!! Ditungguu..

Jumat, 19 Desember 2008

Written by an African Kid

When I born, I black
When I grow up, I black
When I go in Sun, I black
When I scared, I black
When I sick, I black
And when I die, I still black
And you white fellow
When you born, you pink
When you grow up, you white
When you go in sun, you red
When you cold, you blue
When you scared, you yellow
When you sick, you green
And when! You die , you gray
And you calling me colored?

Selasa, 16 Desember 2008

Anis Sumarni punya!

Saya ingin menominasikan rekan kerja saya dalam kompetisi ini. Nama beliau Marthen Yusuf. Beliau mulai bekerja di Thiess sejak tahun 2001. Beliau adalah reproduction worker yang bertugas untuk mempersiapkan module-module yang akan digunakan dalam training di Thiess Contractors Indonesia.

Menurut saya beliau sangat pantas meraih penghargaan untuk kategori menjaga lingkungan hidup. Mengapa demikian? Saya yakin kalian pasti bertanya-tanya. Kontribusi pak Yusuf dalam melestarikan lingkungan, sangatlah besar. Kalian pasti bertanya bagaimana dan inilah penjelasan singkat saya.

Sebagai reproduction worker, pak Yusuf adalah orang yang bertanggung jawab penuh mengenai penyediaan module untuk segala training yang dilakukan Thiess Training Centre Balikpapan di seluruh site yang ada. Beliau selalu memeriksa module-module yang akan digunakan untuk training. Jika ada module yang salah cetak, hasil print yang salah atau module yang sudah tidak digunakan lagi maka beliau tidak langsung membuangnya tapi justru memilah-milah kertas-kertas tersebut. Jika bagian sisinya masih kosong maka beliau akan mengumpulkannya dan meletakkannya dalam kotak.

Jika ada yang ingin memphotokopi atau mengeprint sesuatu maka beliau akan menganjurkan menggunakan kertas bekas saja. Beliau menempelkan kertas diatas kotak kertas bekas tersebut sebagai reminder kami agar kami tidak lupa untuk menggunakan kertas bekas.

Saya yakin semua orang pasti tahu kalo kertas berasal dari pohon. Bayangan jika semua orang membuang kertas atau module yang salah tanpa berpikir untuk menggunakannya lagi. Berapa banyak pohon yang akan habis ditebang untuk memproduksi kertas-kertas itu. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk bagi lingkungan disekitar kita. Secara tidak langsung beliau telah menyelamatkan pohon-pohon yang ada disekitar kita. Beliau telah menjaga lingkungan hidup yang ada agar generasi selanjutnya bisa turut menikamatinya.

Usaha beliau sungguh mulia. Mungkin terlihat sederhana tapi kalo kita tahu dampaknya, kita pasti akan bangga dan bersyukur memiliki orang seperti bapak Marthen Yusuf.
(hmm..boleh juga..)

Senin, 15 Desember 2008

Karya si ABG Riska huhuhuy..judulnya LOVE


Love is beautiful
Love is peace
Love is fun
But sometimes love hurts

Love can make you lose friends
Lose people you love
Lose people who love you
And maybe it could make you lose something prechious

Don’t play with love
If you don’t want to get hurt
Except true love
Only true love

Cause only true love
Only true love never hurt you
Only true love make you happy
Only true love



By: Rizka Aulia. R
Ayah pergi sangat pagi
Kadang sampai pagi lagi
Tapi saat pulang
Ia tak lupa menjinjing pelangi
Lalu dengan sabar
Menguraikan warnanya satu persatu padaku
Dengan mata berbinar
-Dari blog sebelah, ngutip tanpa permisi-

Take time to poet, and..

“Setelah”

Setelah lelah mandi jelaga hitam kelam tak peduli apa siapapun juga. Setelah hidup sekian puluh tahun nafikan Zat menganggap remeh temeh tak ada yang utama. Setelah buta setelah tuli setelah hina dina diri seperti lumpur seperti rawa-rawa tak terurus. Setelah compang diri ini setelah camping kembali putih kembali hitam. Setelah ribuan usaha kembali normal dan jatuh dan merangkak bersimpuh duduk berdiri terbaring dan melamun jatuh lagi aku. Ah kini kembali lagi ke yang Maha Menerima. Berlari penuh harap penuh cemas. Lagi. Pulang lagi aku. Bukakan lagi pintunya. Ah manusia...memang maha salah, maha kembali pulang!

“Tolong dijawab”

Tolong dijawab apakah sudah benar caraku kembali. Tolong jangan diam saja. Tolong beri petunjuk. Jangan abai. Tolong apakah ada yang salah yang kurang yang sedikit saja benar. Ya yang Maha Dekat. Katanya sedekat urat leher.

“Bukan aku”

Tiada yang lebih indah selain menangis rindu hingga basah ini pipi. Mungkin puisi para sholihin namun aku belum pantas.

19:34 kamar kontrakan,
14 Des 08

Sabtu, 13 Desember 2008

Hadist Qudsi Indah (2)

“Aku ini adalah menurut dugaan hamba-Ku, dan Aku menyertaimu, di mana saja ia berdzikir kepada-Ku.
Jika ia berdzikir atau ingat kepada-Ku di dalam hatinya, maka Aku akan ingat pula kepadanya di dalam hati-Ku,
dan kalau ia mengingat-Ku di depan umum, maka Aku akan mengingatnya pula di depan khalayak yang lebih baik.
Seandainya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal,
Aku akan mendekatkan diri-Ku sehasta.
Jika ia mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya sedepa.
Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki,
Aku akan datang dengan berlari”.
(HR. Bukhari)

Hadist Qudsi Indah (1)

"Tidak henti-hentinya hamba-hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan
melakukan ibadat-ibadat nawafil hingga Aku mencintainya.
Kalau Aku sudah mencintainya, Aku akan menjadi telinganya yang dengannya ia mendengar;
Aku akan menjadi matanya yang dengannya ia melihat;
Aku akan menjadi tangannya yang dengannya ia memegang;
Aku akan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.
Jika ia bermohon kepada-Ku, Aku akan mengabulkan permohonannya.
Jika ia berlindung kepada-Ku, Aku akan
melindungi dirinya."
(HR. Bukhari)

Jamaah haji kloter awal akan tiba di Tanah Air, Ahad, 14 Desember 2008 siang ini:)))horee

Kloter-kloter awal jemaah haji Indonesia akan tiba Ahad siang, 14 Desember 2008. Meski pemulangan jemaah dari tanah suci diharapkan berjalan aman, lancar dan tepat waktu, tapi kloter pertama agak mengalami keterlambatan.
Kedatangan keloter pertama jemaah haji propinsi DKI Jakarta, siang ini, semula dijadwalkan pukul 07.00 WIB. Namun mengalami keterlambatan sekitar 5 jam lebih, diperkirakan kloter tersebut baru mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, sekitar Pukul 12.40 Wib nanti.
Keterlambatan ini diungkapkan Direktur Pengelolaan BPIH dan SIH Abdul Ghafur Djawahir. Menurut Abdul Ghafur, kloter pertama DKI Jakarta, berdasarkan informasi yang diterima dari Daker Jeddah, sebenarnya telah selesai boarding di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, pukul 21.00 WAS, namun penerbangan Garuda GIA 7401 tersebut baru dapat lepas landas pukul 24.00 WAS.
Direktur BPIH dan SIH ini menambahkan, pada minggu pertama pemulangan jemaah haji ke tanah air, sering terjadi keterlambatan, akibat padatnya lalulintas penerbangan di bandara Jeddah.
"Hampir semua negara melakukan proses pemulangan jemaah hajinya pada saat ini," kata Ghafur.
Ghafur menambahkan, masalah pemeriksaan barang-barang jemaah di pintu pemulangan juga merupakan penyebab keterlambatan. “Terkadang petugas membongkar koper-koper jemaah, sehingga arus pemulangan jadi tidak lancar,” ujarnya.Pada bagian lain ia mengatakan, hingga saat ini pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar. Seluruh jemaah haji Indonesia telah melaksanakan wukuf di Arafah, dengan demikian telah sah menunaikan rukun Islam kelima. Setelah mabit di muzdalifah, jemaah kemudian mabit di Mina untuk melontar jumrah di lokasi jamarat.“Dari seluruh jemaah Indonesia, ada 104 ribu orang atau 65 persen yang mengambil nafar awal, selebihnya nafar tsani,” kata Ghafur. Dengan mengambil nafar awal, maka jemaah cukup 2 malam mabit (menginap) di Mina, sedangkan bagi peminat nafat tsani harus mabit 3 malam. [ihj/www.hidayatullah.com]

Detik-detik terakhir itu....


Dari Ibnu Mas’ud ra bahawasanya Rasulullah SAW bersabda:
Ajalku hampir tiba, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila’la.”
Kami bertanya lagi: “Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli baitku.
Kami bertanya: Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?
Baginda menjawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”
Kami bertanya: “Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?” Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.
Kemudian baginda bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensholatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kalian dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula sholat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu sekalian.”
Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam: “Assalamualaikum ya Rasulullah?” Kemudian ia berkata lagi “Assholah yarhamukallah.”
Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda sholat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: “Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”
Malaikat Maut Datang BertamuPada esoknya, yaitu Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: “Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Siti Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya,
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?” Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: “Siapakah itu wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Seorang lelaki, sepertinya baru sekali ini saya melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia, wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan sambil menatap wajah anaknya, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang “Wahai Fatimah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut.” Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan ‘Assalamualaika ya Rasulullah.” Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika anda izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.
Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? “Saya tinggal dia di langit dunia” Jawab Malaikat Maut.
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah.”
Ketika Sakaratul Maut TibaSeterusnya Rasulullah SAW bersabda: “Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab; “Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”
Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”
Rasulullah SAW bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk anda wahai kekasih Allah. Engkaulah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”
Jibril as bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”
Jibril menjawab: “Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Muhammad) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”
Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku” Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW.
Imam Ali kw, bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan anda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.
Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii,ummatii, ummatiii” - “Umatku, umatku, umatku”


Fathimah Az-Zahra` a.s. di masa-masa terakhir Kehidupan Rasulullah SAW. Di akhir-akhir umurnya Rasulullah SAW, Fathimah a.s. menatap wajah ayahnya yang bercahaya dan mengalirkan keringat dingin. Sambil menangis ia menatap ayahnya. Sang ayah tidak tega melihat putrinya menangis dan gelisah. Akhirnya sang ayah membisikkan sebuah ucapan di telinganya sehingga ia tenang dan tersenyum. Senyumnya pada masa-masa krisis seperti itu terlihat sangat aneh. Mereka bertanya kepadanya: “Rahasia apakah yang telah ia ucapkan?” Ia hanya menjawab: “Selama ayahku hidup aku akan bungkam seribu bahasa”. Setelah Rasulullah SAWW meninggal dunia, ia membongkar rahasia itu. Fathimah a.s. berkata: “Ayahku mengatakan kepadaku bahwa engkau adalah orang pertama dari Ahlul Baytku yang akan menyusulku. Oleh karena itu, aku bahagia”.
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa alih wasalam. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Senin, 08 Desember 2008

Papa dan Kaligrafi

Papaku tersayang telah menghasilkan banyak lukisan kaligrafi. Lukisannya tersebar di beberapa rumah saudara. Terpajang dengan indahnya di dinding. Sebentar, biar kuhitung ada berapa. Di rumahku, rumah Mas Amin, rumah Mas Edi, rumah Kiki, rumah Mbak Mita, rumah Mamak Galuh, rumah saudaranya sendiri, om Taqwa, hmm mungkin juga di rumah Mamak Haji Laily yang di Banjarmasin, aku juga kurang tahu. Ukurannya besar-besar. Jarang ada yang kecil.

Aku bangga tiap kali bersilaturahmi ke rumah saudara, yang kulihat adalah kaligrafi papa. Aku senang karena mereka menghargai karya papaku. Ada seorang keluarga di Depok yang baru pindah ke rumahnya yang besar, minta khusus kepada papa untuk mengirimkan satu buah lukisan kaligrafinya. Ketika kutanya kenapa, alasannya, “sekarang kan rumahku dah gede nih, jadi lukisan papamu cocok dipajang di dinding yang tinggi itu”. Ketika sewaktu-waktu aku berkunjung ke rumahnya, lukisan itu sudah terpajang di atas, di dinding antara lantai satu dan dua. Tinggiii sekali. Kelihatan bagus dan agung.

Lain waktu aku bertandang ke seorang kerabat yang rumahnya kecil dan sederhana. Rumahnya adem sekali. Dengan polosnya aku bertanya, “kok rumahnya terasa dingin ya”. Si saudara sambil senyum-senyum menunjuk ke sebuah lukisan kaligrafi yang bergaya minimalis. “Mungkin karena itu Din!”. Haha..lagi-lagi kaligrafi papa.

Di rumah seorang saudara yang modis dan kaya, lain lagi. Rumahnya itu tidak terlalu besar, tapi apiknya minta ampun. Si empunya rumah pandai memasang-masangkan warna, pandai mendekor, dan kebetulan, uangnya juga mumpuni. Rumah yang cantik itu dihiasi dengan gelas-gelas dan beraneka macam keramik yang terbuat dari kristal. Nah di dekat rak yang berkilauan oleh pajangan kristal itulah, kaligrafi papa terpampang dengan indahnya. Sedikit terlihat bercahaya juga, mungkin karena lokasinya dekat sekali dengan pajangan-pajangan tadi.

Aku menganggap ketertarikan papa akan ayat-ayat Allah itu adalah sebuah hidayah. Aku berharap seperti itu. Papa tidak bisa membaca kaligrafi yang dilukisnya. Jadi ia hanya mencontohnya dari karya-karya yang ia jumpai di majalah atau media lain. Katanya, “huruf Arab indahnya bukan main. Tersulur-sulur berirama, ramping-ramping pula”. Dulu aku ingat papa pasti akan mengcopy besar semua kaligrafi yang ia tertarik oleh keindahannya, kemudian menyilet setiap ayatnya, membolonginya, dan menempelnya di kanvas. Begitulah caranya “melukis”. Lebih mirip menjiplak..? memang hehehe, dan aku berharap Allah yang Maha Tahu memberi point pada tiap keantusiasan, tiap kekaguman, dan pada tiap niatan yang papa keluarkan. Niatannya itu ya Allah, harap Engkau saksikan. Meskipun ia tak bisa membaca Quran-Mu, namun ia punya niat baik untuk menyebarkan ayat-ayatMu itu..

Sekarang ini, papa tidak lagi berkarya, mungkin karena sudah terlalu sepuh. Mata itu sudah tak terlalu jeli, tak terlalu awas oleh warna-warna. Tubuh itu sudah tak kuat terlalu lama duduk, terlalu lama fokus. Tapi aku berharap suatu saat nanti, papa akan melanjutkan melukis. Itu terbukti mujarab menjadi kegiatan pengisi waktu. Aku juga rindu melihatnya melukis lagi.
 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting