Minggu, 30 November 2008

Memasak

Memasak selalu menjadi sesuatu yang stressful. Membikin stress. Membebani. Menurutku ada dua type ibu, dalam kaitannya dengan memasak. Satu, ibu yang bisa memasak. Dua, ibu yang pintar memasak. Type pertama, bisa. Ia hanya bisa memasak, tapi tidak pintar. Hanya bisa. Yah sekedar masak. Simple food dan tidak variatif. Yang kedua ibu yang pintar. Handal. Bisa semua jenis masakan. You name it! Dari yang sekedar oseng mengoseng, sampai yang bumbu kuning, hijau, merah, santen, kuah, semua oke. Type jenis ini biasanya disayang suami:D. Bagaimana tidak. Tiap hari disuguhi makanan yang bervariasi. Tiap hari tinggal request. Si Bapak tidak akan mati kebosenan karena masakan yang dikonsumsinya dalam seminggu bisa bermacam-macam. Si Ibu juga sangat enjoy melakukannya. Karena ia pintar, biasanya ia senang akan kegiatan masak memasak.

Tanpa susah-susah mencari contoh, aku adalah termasuk type yang pertama:D Begitu di rumah ada acara yang tamunya banyak, langsung bingung mau masak apa. Stress. Keringatan, tidak bisa tidur. Memikirkan akan masak apa. Kalaupun sudah tahu apa yang akan dimasak, menjadi stress memikirkan bumbu-bumbu apa yang akan terlibat. Langsung sibuk menelpon mama di luar kota sana, atau heboh mencari buku resep, atau buka-buka internet. Cari resep yang gampang tapi pantas. Ketika sudah dapat rempah-rempahnya, sekarang tinggal mengkomposisikannya. Memasak ternyata bukan sekedar tahu bumbu, tapi juga harus pas dalam hal mengira-ngira. Ini repotnya. Kalau dulunya masih gadis jauh dari dapur, maka biasanya berakhir jadi ibu type satu.

Ibu type dua yang aku kenal namanya Mbak Nana. Beliau tidak lain adalah saudara sepupuku sendiri. Kalau masak matanya berbinar-binar. Senyumnya menyungging. Beliau juga rajin praktek resep. Guntingan kliping resepnya banyak. Bila mencicipi suatu masakan, langsung bisa menebak bumbunya apa-apa saja. Ini yang hebat. Menakjubkan. Ajaib. Aku tidak akan mungkin bisa seperti itu. Beliau paling senang bicara kuliner. Aku juga suka, tapi mbak Nana akan bicara kuliner disertai keinginan untuk tahu cara membuat. Nah, itu bedanya dengan aku. Kalau aku cukup sampai tahap makan dan komentar.:D

Walaupun ada yang bilang bahwa pintar memasak hanya masalah waktu, masalah jam terbang, aku termasuk tidak setuju. Sangat menentang pendapat itu. Bagaimana mungkin? Aku saja yang sudah hidup tahunan di bumi, sampai sekarang masih gagal untuk bisa masak. Namun apa daya, aku hidup berdampingan dengan kegiatan masak. Kalau nggak masak, mau dikasih makan apa keluarga?. Kalau harus terus jajan, kan mahal. Jadi ya..hadapi saja. J.a.l.a.n.i

0 comments:

 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting