Kamis, 09 Februari 2012

Bersegera untuk taat

Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari Anas bin Mâlik ra., beliau
Berkata :
Suatu hari aku memberi minum kepada Abû Thalhah al-Anshary,
Abû Ubaidah bin al-Jarrah, dan Ubay bin Ka’ab dari Fadhij, yaitu
perasan kurma. Kemudian ada seseorang yang datang, ia berkata,
“Sesungguhnya khamr telah diharamkan.” Maka Abû Thalhah
berkata, “Wahai Anas, berdirilah dan pecahkanlah kendi itu!” Anas
berkata, “Maka aku pun berdiri mengambil tempat penumbuk bijibijian
milik kami, lalu memukul kendi itu pada bagian bawahnya,
hingga pecahlah kendi itu.”

Al-Bukhâri telah meriwayatkan dari ‘Aisyah ra., beliau berkata:
Telah sampai berita kepada kami, ketika Allah Swt. menurunkan
firman-Nya (al-Mumtahanah [60]: 10, penj.), yang memerintahkan
kaum Muslim untuk mengembalikan kepada orang-orang Musyrik
apa yang telah mereka berikan kepada istri-istri mereka yang telah
hijrah dan Allah telah menentukan hukum kepada kaum Muslim
agar mereka tidak menahan tali perkawinan dengan wanita-wanita
kafir: bahwasanya Umar telah menceraikan dua orang perempuan.

Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. berkata:
Semoga Allah merahmati kaum Wanita yang hijrah pertama kali,
ketika Allah menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka
mengenakan kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju
mereka.” (TQS. an-Nûr [24]: 31). Maka kaum wanita itu
merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan
menutup kepala mereka dengannya.

Abû Dawud telah mengeluarkan hadits dari Shafiyah binti
Syaibah dari ‘Aisyah ra.:
Sesungguhnya beliau saw. menuturkan wanita Anshar, kemudian
beliau memuji mereka, dan berkata tentang mereka dengan baik.
Beliau saw. berkata, “Ketika diturunkan surat an-Nûr: 31 (tentang
kewajiban memakai penutup kepala/kerudung, penj.), maka
mereka mengambil kain sarungnya, kemudian merobeknya dan
menjadikannya sebagai kain penutup kepala (kerudung).”

Ibnu Ishak berkata, “Al-Asy’ats bin Qais telah mendatangi
Rasulullah saw. bersama delegasi dari Bani Kindah.” Az-Zuhry telah
menceritakan kepadaku bahwa al-Asy’ats bin Qais datang bersama
delapan puluh orang Bani Kindah yang berkendaraan. Kemudian
mereka masuk menemui Rasulullah saw. di Masjid beliau. Mereka
mengikat rambut mereka yang ikal dan memakai celak mata serta
memakai jubah bagus yang dilapisi sutra. Ketika mereka masuk
menemui Rasulullah saw., beliau saw. berkata kepada mereka,
“Apakah kalian sudah masuk Islam?” Mereka menjawab, “Benar.”
Rasul saw. berkata, “Kenapa sutra itu masih melekat di leher
kalian?” Az-Zuhry berkata, “Maka mereka pun merobek-robek sutra
tersebut dan melemparkannya.”

Ibnu Jarîr telah meriwayatkan dari Abû Buraidah dari
bapaknya, beliau berkata; Ketika kami sedang duduk-duduk
menikmati minuman di atas pasir, pada saat itu kami bertiga atau
berempat. Kami memiliki kendi besar dan meminum khamr karena
masih dihalalkan. Kemudian aku berdiri dan ingin menghampiri
Rasulullah saw. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau, tibatiba
turunlah ayat tentang keharaman khamr:
Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamr dan judi…,
sampai akhir dua ayat yaitu:
Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Maka aku datang kepada sahabat-sahabatku (yang sedang minum
khamr) dan membacakan ayat tersebut kepada mereka sampai
pada firman Allah:
Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Dia (perawi hadits) berkata, “Sebagian di antara mereka
minumannya masih ada di tangannya, sebagiannya telah diminum,
dan sebagian lagi masih ada di wadahnya.” Dia berkata,
“Sedangkan gelas minuman yang ada di bawah bibir atasnya,
seperti yang dilakukan oleh orang yang membekam (gelasnya
masih menempel di bibirnya), kemudian mereka menumpahkan
khamr yang ada pada kendi besar mereka seraya berkata, “Ya
Tuhan kami, kami telah berhenti.””

Handzalah bin Abî Amir ra. yang dimandikan oleh Malaikat
(saat syahid di medan perang) telah mendengar seruan perang
Uhud. Maka dia pun bergegas menyambut panggilan itu, dan mati
syahid dalam perang Uhud tersebut. Ibnu Ishak berkata; Rasulullah
saw. bersabda, “Sesunguhnya sahabat (Handzalah) dimandikan
oleh Malaikat, maka tanyakalah bagaimana kabar keluarganya?
Maka aku pun (Ibnu Ishak) bertanya kepada istrinya. Dia pada
malam itu adalah pengantin baru. Istrinya berkata, “Ketika
mendengar panggilan untuk berperang, suamiku keluar padahal
dalam keadaan junub.” Rasulullah saw. bersabda, “Begitulah ia
telah dimandikan oleh Malaikat.”

Ahmad telah mengeluarkan hadits dari Abû Râfi’ bin Khadîj,
beliau berkata:
Kami pada masa Nabi membajak tanah, kemudian menyewakannya
dengan (mendapat bagi hasil) sepertiga atau seperempatnya
dan makanan tertentu. Pada suatu hari datanglah kepada kami
salah seorang pamanku, ia berkata, “Rasulullah saw. telah melarang
suatu perkara yang dulu telah memberikan manfaat (duniawi) bagi
kita. Tapi taat kepada Allah dan Rasul-Nya jauh lebih bermanfaat
bagi kita. Beliau telah melarang kita membajak tanah kemudian
menyewakannya dengan imbalan sepertiga atau seperempat, dan
makanan tertentu. Rasulullah saw. memerintahkan pemilik tanah
agar mengolahnya atau menanaminya sendiri. Beliau tidak
menyukai penyewaan tanah dan yang selain itu.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2069670-bersegera-untuk-taat/#ixzz1l9twsIM5

Jilbab : bersegera dalam ketaatan

Dulu aku pernah menulis sesuatu yang salah tentang jilbab, maka ijinkan aku untuk menebus kesalahanku dengan tulisan sederhana ini *tulisan sederhana dalam blog sangat sederhana:D

Bismillah, semoga Alloh mengampuniku..

Aku teringat tulisan seorang teman dalam sebuah statusnya di facebook, dia menyitir kata-kata Asma Nadia, penulis kesayanganku, yang ternyata adalah penulis kesayangannya juga. Kalimatnya seperti ini: “Jilbab hati dulu atau fisik dulu? jilbab fisik dulu, agar bebas dari tak menuruti perintah Allah. Pelan-pelan kondisikan hati..”
Dari rangkaian kalimat sederhana nan cantik di ataslah akan kumulai tulisan ini.
Apabila seorang muslimah ragu atau lebih parah lagi, tidak berpikir untuk memakai jilbab, maka mungkin dia harus membaca kisah ketika ayat tentang jilbab diturunkan:

Al-Bukhâri meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. berkata:
Semoga Allah merahmati kaum wanita yang hijrah pertama kali,
ketika Allah menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka
mengenakan kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju
mereka.” (QS. an-Nûr [24]: 31). Maka kaum wanita itu
merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan
menutup kepala mereka dengannya.

Abû Dawud telah mengeluarkan hadits dari Shafiyah binti
Syaibah dari ‘Aisyah ra.:
Sesungguhnya beliau saw. menuturkan wanita Anshar, kemudian
beliau memuji mereka, dan berkata tentang mereka dengan baik.
Beliau saw. berkata, “Ketika diturunkan surat an-Nûr: 31 (tentang
kewajiban memakai penutup kepala/kerudung,), maka
mereka mengambil kain sarungnya, kemudian merobeknya dan
menjadikannya sebagai kain penutup kepala (kerudung).”

Apabila dibaca dengan iman, maka dengan terang benderang dapat dilihat bahwa bukanlah menunggu akhlak dan pribadi yang sempurna untuk kemudian berhijab, namun semata-mata untuk b.e.r.s.e.g.e.r.a d.a.l.a.m k.e.t.a.a.t.a.n

Dan apabila sebagian dari mereka berdalih untuk menyempurnakan akhlak dulu lalu kemudian memakai jilbab, maka kisah di atas langsung membantahnya.

Maka c.u.k.u.p.l.a.h dan cukuplah kisah di atas sebagai eksekusi diri untuk berhijab. Saksikanlah ketaatan buta yang diperlihatkan oleh para shohabiyyah yang hidup pada zaman nabiullah SAW.

Mereka, kaum yang hidup pada zaman nabi Muhammad adalah sebaik-baik ummat yang pernah hidup di muka bumi ini yang layak kita teladani tingkat kepatuhannya.

Kurangilah pertimbangan atau menimbang-nimbang, karena di sela-sela timbang-menimbang ini, setan-setan ramai berbisik, akhirnya niatan berjilbab menjadi urung. Kita tidak tahu kapan maut menjemput. Janganlah sampai maut menjemput tatkala ada salah satu perintah Allah yang tak sampai kita tunaikan.

Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi cambuk untuk terus menyempurnakan diri.

Jumat, 16 Desember 2011

Kebakaran BP

Sekedar ingin berempati saja malam ini, menautkan hatiku kepada para pengungsi yang berhimpit-himpitan tidur di tenda-tenda darurat di tanah-tanah lapang yang tersisa. Berteman dengan rumah-rumah yang berbaik hati menjadikan terasnya sebagai posko-posko darurat. Sungguh berada di dekat posko dalam situasi seperti itu pastilah sangat menenangkan hati.

Tak ada satu jiwapun yang menyangka bahwa mereka akan jadi penghuni tenda darurat malam ini dan malam-malam berikutnya. Api telah membumihanguskan ketenangan hidup sekitar 400 Kepala Keluarga, menggantikan dinding-dinding rumah yang tadinya hangat dan rapat, menjadi tenda berdinding udara terbuka dan alas tidur ala kadarnya.
Kasihan aku melihat mereka dari mobil inova kami yang nyaman,melintas dan merasa bersalah. Bantuan yang kami drop seakan tidak mampu menghilangkan rasa gundah di dalam hati. Seperti tidak akan pernah cukup meringankan beban penderitaan.

Pikiranku melayang menjadikanku salah satu dari para pengungsi. Iqbal pastilah tidur di atas kain-kain sisa yang sempat kubawa ketika api mulai melalap rumah kami. Kamal aku selimuti agar nyamuk tak berpesta pora melumat darahnya. Aku risih tidur bersama puluhan orang-orang yang tak ku kenal ini,tak bisa kupanjangkan kakiku, jadi kutekuk saja. Meringkuk mungkin lebih nyaman. Aku tutupi mukaku dan mulai mencoba tidur, meski yakin akan sulit. Mimpi apa semalam hingga harus mengalami ini. Tidur kedinginan dengan air mata yang mungkin mulai menetes. Mungkin aku akan tatap wajah anak-anakku yang telah terlelap karena kelelahan. Lelah dengan hingar bingar dan kepanikan ketika empat jam api membakar segalanya. Bau kayu terbakar menemani malam ini, hangus tak berdaya padahal pernah gagah berdiri menaungi. Empat jam yang sungguh mengharukan,emosional. Menatap rumah-rumah yang terbakar tak berdaya. Bukan main, tak kurang dari 400 KK kehilangan tempat berlindung. Satu sekolah juga tumbang, ratusan murid terlantar.

Di dalam mobil menuju rumah, aku hanyut dalam sedihnya pikiranku dan yakin bahwa kesedihan mereka lebih dalam lagi.

Tolong bersabar ya teman-temanku. Saudara-saudaraku. Semoga Alloh luaskan hatimu seluas-luasnya. Selapang-lapangnya.

Semoga apapun bantuan yang kami ulurkan mampu memenuhi kebutuhan mu untuk beberapa hari ke depan. Kami berusaha menemanimu dengan bantuan dan doa.

Senin, 05 Desember 2011

Kamal dan lomba Adzan

O jadi begini ya rasanya bangga. Rasa ini datang kepadaku di hari Jumat 25 November 2011. Ketika peserta nomor urut 90 dipanggil, dan aku beringsut-ingsut maju ke barisan terdepan bergabung dengan para ibu yang juga menyemangati buah hatinya. Suasana di mesjid Istiqomah siang itu lumayan panas. 2 orang guru menemaniku menyemangati mu.

Iya anakku, hari itu sekolah mempercayakanmu untuk ikut lomba adzan se-tk Balikpapan di mesjid istiqomah. Dirimu satu-satunya yang terpilih mewakili sekolah. Sampai di sini saja ibu sudah senang nak, bukan kepalang. Bahkan ketika mendengar bahwa kau dipilih “hanya” karena kau siswa yang berani, dan bukan siswa yang bisa adzan. Kata mereka nak, satu kelas mu itu tidak ada yang bisa adzan,kalau disuruh adzan maka mereka pasti spontan iqomat:D

Tak apa nak, apapun alasannya, ibu cukup bersyukur dirimu pernah mengecap kesempatan ini. Maka 5 atau 6 hari sebelum lomba diadakan, guru berpesan agar kami lebih sering menyuruhmu adzan di rumah. Dirimu juga mendapatkan short training di sekolah. Maka sejak saat itu, suara mu yang lantang beradzan sering terdengar menghiasi rumah kontrakan kita. Ibu senang sekali.

Mendekati hari H, kegugupanmu mulai tampak. Di rumah, dan di sekolah. Bahkan dari guru di sekolah ibu dengar, engkau sempat hampir menangis ketika didaulat untuk adzan di depan teman-temanmu. Alasanmu ketika ibu tanya sangat sederhana. Alasan yang sangat jujur dan manusiawi nak. “Malu bangettt, Buuuu”

Namun dari gurumu, ibu dapati yang sesungguhnya membuatmu menangis. Mereka menetawakanmu, bahkan sebelum dirimu membuka mulut. Oh,, kasihan nak. Pastilah sangat down. Karena ibu tahu engkau sesungguhnya berani. Namun tawa yang tak pada tempatnya membuatmu kaget dan malu.

Hari H tiba, gugupmu sampai di ubun-ubun. Ibu kira ibu sangat mengenalmu nak, ternyata tidak juga.
Hari itu ibu baru tahu ternyata jagoan ibu bisa gugup, bisa demam panggung. Tak seperti biasanya, kau tempelkan badanmu di sisi ibu, tak mau bergabung dengan peserta lain. So not you, Kamal :D
Hari itu ibu melihat sisi lain dirimu :D

Ibu yakinkan lagi kepadamu bahwa kalah menang sungguh tidak mengapa. Ibu tetap bangga, Kamal sejauh ini berada di sini, mengalahkan rasa malu, gugup, dan takut. Ibu bangga karena Kamal terpilih untuk menggemakan lafaz Adzan di usia semuda ini, di hadapan orang tua-orang tua ini. Ibu yakinkan, mungkin keberanian Kamal akan menginspirasi anak-anak lain untuk berani mencoba. Dan dengan agak berlebihan, ibu katakan, mungkin ada yang belum tahu bagaimana lafaz adzan itu, dan Kamal di depan akan memberi tahu mereka bagaimana sesungguhnya kalimat adzan itu :D

Maka ketika giliranmu dipanggil, masih dengan kegugupan yang coba dimanage, kau pun maju, mengucap salam, meletakkan tangan kananmu di telinga. Dengan lantang dan tanpa kesalahan kau lakukan tugasmu dengan baik..

Good job, Kamal! :D :D

Guru

"Jika hari ini seorang perdana menteri berkuasa,
Jika hari ini seorang raja menaiki tahta,
Jika hari ini seorang presiden sebuah negara,
Jika hari ini seorang ulama yang mulia,
Jika hari ini seorang peguam menang bicara,
Jika hari ini seorang penulis terkemuka,
Jika hari ini siapa saja menjadi dewasa,
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa,
Dengan lembut sabarnya mengajar tulis baca"
-Usman Awang 1979-"

Peradaban terbentang, tumbuh dan mati silih berganti, namun guru, mengambil peran yang selalu sama dan jelas.

Signifikan.

Di awal membantu kita mengenal angka dan tulisan.

Mengenalkan hikmah, norma, tata nilai.

Guru.

Selain orang tua, mereka mengambil porsi terbesar dalam bentangan sejarah perjalanan hidup ini.

Di tiap-tiap fase, melekat di riwayat hidup kita, jasa seorang guru.

Tak terhingga dan sungguh tak terbalaskan.

Ingat-ingatlah guru-guru, dosen, ustadz, ustadzah, dan semua pengajar yang membuat kita menemukan kedewasaan.

Menjadikan kita seperti sekarang.

Sebutlah mereka dalam doa-doa..

*Lagi kangen murobbiah yang sudah hijrah ke Samarinfa dan sedang hamil tua

Kamis, 26 Mei 2011

CERMIN KEMATIAN

Hampir sama
Antara kehidupan yang baik
Dengan kematian yang baik
Keduanya sama-sama baik

Hampir sama
Antara kehidupan yang buruk
Dengan kematian yang buruk
Keduanya sama-sama buruk

Cara mati kita
Hanya cermin
Cara hidup kita…

(Agus poernomo., SIP)

In memoriam: Ustadzah Yoyoh Yusroh



Masih segar dalam ingatan, kematian salah seorang tokoh muslimah kebanggaan Indonesia, ustadzah Yoyoh Yusroh beberapa hari silam. Bagi mereka yang dekat dan mengenal beliau, kematiannya menorehkan kesedihan sekaligus banyak pelajaran berharga.

Bagi yang mengenalnya justru setelah kematiannya, jenazahnya yang sedang tersenyum cukuplah untuk menggambarkan bahwa beliau adalah sosok yang teramat istimewa.

Dari kesaksian-kesaksian baik yang diungkap beberapa sahabat, kesan-kesan indah dari seseorang yang bahkan baru bertemu beliau dalam hitungan menit, terlukis jelas bahwa beliau sosok yang ramah, bersahabat dan penuh empati. Seorang wartawan yang akan mewawancarai beliau di pagi hari, malah ditawari sarapan pagi karena yakin bahwa wartawan itu pastilah belum sempat sarapan. (dikutip dari http://twitter.com/ridlwanjogja)

Sebagai anggota dewan, dengan mudah kita bisa menemukan beberapa kesaksian-kesaksian baik dari rekan sesama politisi. “Bu Yoyoh adalah sosok yang sangat bersahaja, mudah bergaul, dan kerap memberikan motivasi pada fraksi lain” Ruhut Sitompul. “Cerdas, santun, dan rendah hati, sederhana dan bersahaja” Tantowi Yahya (Republika online)
Menurut Tantowi tidak ada sifat–sifat sirik dan benci yang biasa dimiliki oleh seorang politisi terhadap temannya dalam satu komisi. “Bagi bu Yoyoh, tidak ada kompetisi dalam teman sesama anggota satu komisi.”

Penulis Pipiet Senja menulis dalam Kompasiana: “Sosok ini sungguh perempuan pilihan, karena tak pernah mengatakan lelah kepada siapapun yang ingin curhatan, konsultasi. Ya, bahkan dalam kesibukan maha pun dia selalu menyediakan waktu bagi jamaah taklimnya. Patutlah disayangi ummat, karena telah banyak waktu dan pikirannya yang tercurah untuk sesamanya. Bagiku, dia satu-satunya perempuan hebat, sudah kaya raya, berilmu tinggi, tetapi tetaplah bersahaja dan rendah hati, setiap waktu jika dimintai bantuan secepatnya mengulurkan tangan.” (http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/22/perempuan-pilihan-itu-telah-pergi-selamat-jalan-saudariku-yoyoh-yusroh/)

Dan masih banyak lagi cerita-cerita kegigihan, semangat juang, keistiqomahan beliau, dari lisan para sahabat muslimah yang tertulis maupun yang tidak. Bahkan beberapa hari setelah beliau berpulang, di majelis-majelis ilmu, melalui lisan para murobbiyah, sosok beliau masih dikenang-kenang. Wanita muslimah ini sungguh harum namanya. Sosok yang sungguh sangat pantas dijadikan tauladan kesholihan seorang wanita.

KH Hilmi Aminuddin ketika menyampaikan takziyah di rumah duka “Saya dapat ucapan takziah dari seluruh dunia. Dari jalur Gaza, mujahidin Palestina semua berdoa utk almarhumah. Kehilangan Yoyoh adalah kehilangan bagi dakwah internasional. Pasukan perdamaian TNI di Darfur Sudan juga kirim takziah. “

“Yoyoh berhasil membawa bantuan masy Indonesia ke jalur Gaza. Membantu buat rumah sakit di Gaza dan lobi perdamaian Sudan.”

Inilah contoh akhlakul karimah. “Inilah akhwat prestatif jaman ini, patut diteladani. Kehadirannya menggenapkan, kehilangannya mengganjilkan, keberadaannya menebar manfaat, inspirasi, dan menggerakkan, demikian pula kepergiannya tetap menjadi hikmah kemanfaatan dan inspirasi bagi orang2 yang mencintai kebaikan, dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dihormati bahkan oleh orang yang berbeda keyakinan, benar-benar penebar rahmat” (blog ibu Didin Kristinawati: http://www.ruangmuslim.com/tafakur/4532-mengenang-ustzh-yoyoh-yusroh-bagaimana-kita-akan-diingat-nanti.html)

Kesaksian-kesaksian baik dari orang yang telah berpulang adalah penegas kedudukannya di akhirat kelak.
Diriwayatkan dari Anas (bin malik) : (iringan orang yang mengantar) jenazah lewat dan orang-orang memujinya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “ucapan itu telah menguatkan (wajabat) dia”. Kemudian (iringan orang yang mengantar) jenazah lainnya lewat dan orang-orang memburukkannya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “ucapan itu telah menguatkan (wajabat) dia”. Umar bin Al Khattab ra. Bertanya kepada Rasulullah Saw, “apa maksud anda menguatkan (wajabat) dia?”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “kamu telah memuji orang ini maka surga ditegaskan untuknya; dan kamu memburukkan yang lainnya, maka neraka telah ditegaskan untuknya. Kamu semua adalah saksi Allah di muka bumi”.

Diriwayatkan dari Umar ra. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “apabila ada empat orang bersaksi terhadap kebaikan (kesalehan) seorang muslim, maka Allah akan menganugerahkan surga”, kami bertanya,”bagaimana jika tiga orang?” Nabi Muhammad Saw menjawab, “bahkan tiga orang”. Kemudian kami bertanya, “bagaimana jika dua orang”. Nabi Muhammad Saw menjawab, “bahkan dua orang”. Kami tidak bertanya bagaimana jika satu orang yang bersaksi.

Ibu, dengan segala kerendahan hati aku merangkum tulisan sederhana tentangmu. Sungguh jarang aku menyaksikan kematian seorang wanita yang cerita-cerita sesudah kepergiannya adalah padat dan mulia. Hamparan kisah hidupmu di dunia, bagaimana Alloh menutupmu dengan kematian, dan kesaksian-kesaksian setelah engkau pergi, sungguh menjadi cambuk untukku pribadi. Akan dibawa kemana jasad ini, akan seperti apa mengisi hidup? How do I want to be remembered?

Terima kasih bu Yoyoh. Semoga Alloh hadiahkan kepadamu jannatul firdaus, dan Alloh kumpulkan engkau dengan orang-orang sholeh seperti isi sms terakhirmu : “Ya Robb aku sedang memikirkan posisiku kelak di Akhirat. Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita, Khadijah Al Qubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Atau dengan Hafshah yang dibela Allah saat akan dicerai karena Showwamah dan qowwahmahnya? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedang aku… ehm, 500 juga belum. Atau dengan Ummu Sulaim yang shobirah. Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad. Atau dengan siapa ya Allah? Tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di Taman FirdausMu”.

Amiin allahumma aminn..
 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting