Jumat, 01 Mei 2009

Ketika anak "pergi"

Ada yang pernah menyaksikan seorang ibu yang menangis pada waktu akad nikah? ketika anak laki-lakinya mengucapkan ijab kabul? Waktu masih sekolah, ketika sering diminta untuk menemani mama ke sebuah resepsi pernikahan, yang seperti itu sering kali saya tertawakan. “Ya ampun segitunya banget sih tu Ibu, anak nikah ya udah ikhlasin aja!”

Ketika kakak laki-laki saya menikah, saya juga menyaksikan mama menangis tersedu-sedu di tengah-tengah perhelatan, dan itu sedikit membuat saya heran.

Beranjak dewasa, giliran saya yang bersanding dengan seorang pria sabar yang digariskan Allah menjadi jodoh saya. Ketika sedang mengucap ijab Kabul, terdengar suara isakan lumayan keras dari arah belakang. Ternyata yang menangis adalah ibu mertua saya. Waktu itu isakannya lumayan memilukan. Saya melihat bapak mertua saya kemudian memegang pundaknya sambil menyodorkan tisu. Di sebelah kanan, saya melihat mama sudah hanyut dalam tangisan tanpa suara. Papa, matanya berkaca-kaca. Malah lebih emosional. Badannya bergetar menahan tangis yang tak keluar.

Sampai sejauh itu saya masih gagal menyelami perasaan mereka yang berlinangan air mata ketika menikahkan anaknya. Saya mengerti tapi untuk menyelami, belum.

Namun, ketika saya sudah menjadi a hundred percent stay home mom, mengasuh pria kecil yang menakjubkan ini, dari bayi hingga sekarang di tiga tahun umurnya, saya menjadi mulai bisa mengerti rasa sedih “mereka-mereka” itu. Malah kadang, membayangkan masa itu akan tiba, (termasuk sekarang, ketika membuat tulisan ini) mata ini sudah berkaca-kaca.

Saya masih punya waktu sekitar –jika Allah berkehendak, 20 tahunan (?) untuk menata hati ini dan menjadi seorang ibu yang dengan ikhlas bisa menyaksikan anaknya “pergi”. Waktu untuk menumpuk kekuatan dan menyerahkannya dengan rela kepada seorang perempuan sholehah (amin).
 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting