Selasa, 28 April 2009

A Gift

Hari ini aku bahagia sekali. Mendapat hadiah dari guru-guru sekolah. Hadiahnya berupa mug yang lucu dengan gambarku dan Kamal di salah satu sisinya. Bagiku itu bukanlah sekedar mug kaca yang kecil dan murah. Bagiku itu adalah hadiah yang berharga. Yang datang dari seorang “kekasih”. Bagiku itu seperti cinta yang berbalas. Kalian tahu? Serasa berbunga-bunga bukan jika cinta kita dibalas?

Selama ini aku merasa sangat sayang pada sekolahku itu. Sayang karena di sanalah pada setiap dua minggu sekali, tiga jam sehari, aku percayakan anakku memperoleh ilmu yang bermanfaat. Ilmu akhirat untuk bekalnya dewasa kelak. Ilmu-ilmu yang bahkan tak dapat ditukar dengan kemewahan dunia.

Dan hari ini aku merasa sayangku dibalas.

Terima kasih banyak sekolah para calon khalifah… Only Allah knows how I feel about you:)) Semoga Allah Yang Maha Pengasih selalu menyertai perjalananmu hingga ujung zaman. Amin..

Rabu, 15 April 2009

A breathtaking prayer

Pada tanggal 12 April 2009 anak laki-lakiku yang berumur 3 tahun kurang 2 hari berdoa. Waktu itu kami duduk bersila bertiga sehabis menunaikan ibadah sholat magrib bersama. Hari itu giliran dia memimpin doa. Dengan pronounsiasi yang belum jelas dia berdoa: “Bismillahirrohmanirrohim, Ya Allah mudah-mudahan anaknya jadi anak sholeh, ibunya jadi anak sholeh, bapaknya jadi anak sholeh. Amin ya Robbal Alamin..takbir Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar!!!”
Doa yang sangat dalam datang dari jiwa seorang anak yang kurang dari 3 tahun hidup di dunia..apalah yang kita inginkan selain menjadi manusia sholeh? Hmm ya anakku Ibu dan Bapak sedang menuju ke sana. Terus doakan kami ya Nak..

Jumat, 10 April 2009

Bila pergi

Biarlah Allah yang mengembalikannya



Bila hilang

Biarlah Allah yang menemukannya



Bila sedih

Biarlah Allah yang menghiburnya



Bila takut

Biarlah Allah yang menemani



Ketahuilah

Masaku berusia sama dengan jalan juang ini



Ketahuilah

Masaku bersama PelukanNya

Tenangku tetap bersamaNya

Damaiku tetap disampingNya

Karena itu pilihanku

Hingga

Sabar menjadi Obatnya

Ikhlas menjadi penenangnya

Diam menjadi bingkainya



Hingga

Jum'at tetap spesial

Hujan jadi khusus

Dalam do'a dan mata air yang belajar berhenti

Taken from Facebook Mbak Rini Diana)

Tentang datang ke majelis-majelis ilmu

"Hadist RASUL saw ( berkata kpd Abu Dhar) : Duduk bersama orang berilmu/ Alim sesa'at (sejam),lebih baik dari pada 1000 malam,yg pada setiap malamnya dilaksanakan 1000 solat, dan lebih baik dari 1000 kali peperangan unt ALLAH, atau lebih baik dari pada20.000 kali membaca habis AL QUR'AN, atau lebih baik dari pada beribadah sepanjang tahun di mana berpuasa pada siang harinya dan bangun beribadah sepanjang malamnya. Bila seseorang meninggalkan rumahnya dg NIAT menuntut ILMU pengetahuan, bagi setiap LANGKAH nya yg diambilnya, ALLAH akan menganugerahi kpd nya PAHALA bagi seorang NABI, dan pahala yg setara dg pahala 1000 SYUHADA BADR. Dan atas setiap patah kata yg DIDENGAR atau DITULIS nya, suatu kota akan disediakan baginya, di SURGA.."( Abu Dhar r.a)

Senin, 06 April 2009


Ada yang kangen menerima surat dari pak pos? ada yang kangen gimana rasanya (tepatnya sensasinya) menantikan pak pos yang nganter surat cinta kita dari balik pagar? Atau ada yang kangen dengan kartu pos yang dikirim oleh sahabat dari jauh. Kartu lebaran yang ada gambar ketupatnya warna hijau? Atau kuning? Ada yang kangen semua itu? Kalo ada, ayo temani saya.

Saya sedang kangen melambatkan waktu. Waktu di abad 21 menjadi sangat cepat. Padahal rotasi bumi tetap-tetap saja. Lihat saja di sekitar kita. Kita sekarang hidup di abad dimana kita bisa tahu seseorang yang ada di belahan dunia lain dan mendadak lagi, bisa “In a Relationship”dengannya. Internet, friendster, facebook, blackberry.

Kita bisa tahu si A habis makan soto ayam dengan hanya membaca status nya di komputer. Hebat. Saya jadi ingat rumus fisika di Smu dulu pas masih muda. Ada tiga barometer: kecepatan, jarak dan waktu, Kecepatan adalah jarak dibagi waktu. a sama dengan s per t. Sekarang kecepatan, jarak dan waktu jadi bersahabat. Jadi sangat dekat. Nggak perlu dipisahkan tanda “sama dengan” lagi, karena mereka hidup rukun dan damai. Bergandeng tangan persis seperti iklan-iklan KB jaman dulu yang ditempel di dinding-dinding Posyandu.

Melelahkan sekali diperbudak waktu. Tiba-tiba jadi kangen dengan keterlambatan. Pernah satu kali sedang makan nasi goreng yang nikmat, sampai akhirnya ada sms masuk dengan berita duka dari ujung pulau. Rasa nasi goreng langsung lenyap tak berbekas.

Pernah juga (hmm tepatnya sih sering) asyik ngobrol dengan suami,tiba-tiba bunyi dering blackberry messenger menyela kami, dan itu lebih penting untuk dilihat ketimbang harus melanjutkan obrolan kami. Ketika si suami ini menanyakan sampai dimana kami tadi, mood untuk ngobrol sudah terbang entah kemana. Nah dalam kasus ini, waktu berkolerasi dengan uang. Uangnya sapa? Uangnya bule. Bule sapa? Bule-bule berdasi penjarah minyak bumi kita. “Hey time is money, hand them a blackberry, so they can response our mail quickly!”

Tepat sekali kalau saya mengistilahkan ini sebagai perbudakan. Slavery. Bahkan email pun harus dibawa pulang dan dikantongi. Saya nggak bisa membayangkan bagaimana kalau tuntutan dan tekanan pekerjaan sudah sedahsyat ini, dan email belum ditemukan. Bisa hancur semua perusahaan!

Padahal kita perlu slowing down. Istilahnya delay. Rehat sejenak. Tepat seperti lirik lagu PADI, hidup tak mesti terus berlari. Bisa jadi dengan hidup yang berkecepatan normal (bukan terlalu lambat atau terlalu cepat) hidup bisa lebih easier..who knows.

Tapi yah kembali lagi ke kesimpulan yang menabrak dinding, tanpa bisa disanggah, mari kita kembalikan kepemilikan waktu kepada Yang Maha Mengatur.
 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting