Kamis, 26 Mei 2011

Pak Hasan Firdaus: sebuah kesan (sangat) sederhana


Balikpapan menyimpan banyak permata ilmu. Aku mengenal beberapa permata penggiat dakwah yang juga sangat kukagumi. Salah satu diantaranya bernama ustadz Hasan Heru Firdaus. Pertama kali mendengar tausyiah beliau, aku sudah merasa bahwa bapak ini istimewa. Waktu itu beliau membawakan tema Gurita Yahudi di musholla Ulil Albab Pupuk. Kemudian berturut-turut aku mengikuti tausyiah beliau baik live di mesjid Istiqomah, mesjid Jabalussalam, maupun via radio.

Bapak dengan 6 orang anak ini sederhana dalam penampilan namun tidak dalam hal ilmu. Beliau adalah seorang ustadz yang intelek dan berwawasan luas. Kegemarannya membaca dan menambah ilmu lewat internet membuat kajiannya kaya raya dan berbobot.
Melihat beliau aku jadi ingat slogan yang didengung-dengungkan salah satu pesantren advance di Indonesia. Yaitu Pondok Pesantren Modern Gontor. Slogan mereka kepada para santri adalah : janganlah menjadi intelek yang tahu agama, jadilah ulama yang intelek.

Pak Hasan bagiku merepresentasikan slogan ini. Bukan karena dulu beliau pernah bekerja di Schlumberger dan memutuskan berhenti karena tak bisa dakwah, bukan pula karena gaya dakwahnya dengan laptop dan in focus, namun aura intelektualitas yang tentu saja tidak tumbuh serta-merta. Melainkan akumulasi dari pengalaman, jam terbang, ikhtiar pencarian ilmu, dan doa yang membuat beliau sangat powerful dalam tiap-tiap dakwahnya.

Ketika umroh tanggal 4 April 2011 kemarin, Alloh menakdirkan pak Hasan menjadi pembimbing kami. Beliau adalah ustadz yang ramah, bertanggung jawab dan “menaungi” kami semua. Dari awal perjalanan, beliau dengan stamina prima ikut turun tangan mengurusi masalah administrasi perjalanan dan lain-lain.

Pun ketika ritual inti umroh berlangsung, beliau senantiasa mendampingi kami dengan baik. Memastikan kami yakin dengan semua doa-doa kami. Berkenaan dengan banyaknya doa-doa yang sepertinya harus dihapalkan, beliau meyakinkan kami bahwa terdapat perbedaan antara membaca doa dan berdoa dengan kesungguhan hati. Maka saran beliau, hendaklah kami berdoa dengan sungguh-sungguh sesuai kebutuhan.
Di akhir perjalanan beliau doakan kami agar bisa menginjakkan kaki kembali di tanah suci, bersama keluarga masing-masing.

Aku sedang berpikir..untuk seseorang yang Alloh takdirkan ia menginjakkan kaki tiap bulan ke tanah suci pastilah orang yang istimewa. Alloh maha mengetahui isi hati tiap-tiap jiwa, dan Ia Maha Tahu marifatullah tiap-tiap insan. Maka Pak Hasan adalah cinta yang berbalas dari RabbNya, sehingga ditakdirkannya beliau untuk tiap bulan mengunjungi baitullah..such a lucky man^^

1 comments:

H. Firdaus on 6 Mei 2022 pukul 05.21 mengatakan...

ماشاء الله
Semoga Allah memberikan berkah perlindungan pertolongan dan rahmat-Nya pada semua yg telah berangkat Umrah/Haji.

Dan semoga Allah memudahkan untuk bisa kembali ke Tanah Suci dalam rombongan keluarganya yg lebih lengkap dan atau lebih banyak lagi,

Aamiin ya Robbql 'Aalamiin...

 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting