Rabu, 30 Juli 2008

Jabalussalam..

Jabalussalam menjadi akrab di hidupku sekarang. Jabalussalam adalah nama sebuah sekolah tempat aku menyekolahkan anak dua tahunku. Aku ingin menulis selain bahwa aku merasakan, bahwa aku menyayangi sekolah ini, seperti anakku menyayangi guru-guru di sekolah itu. Dari mulut kecilnya tersirat bahwa rasa sayangnya pada perangkat sekolah itu membuncah-buncah. Cerita-cerita lucu yang bagiku mengagumkan, keluar dari mulut seorang yang masih suci.

Anakku memuja Pak Wawan, dan Bu Nida. Pak Wawan orang yang baik katanya. Aku percaya sepenuhnya. Indra keenam dari seorang yang putih bersih seperti anak-anak, memang seharusnya kita percaya.

Sekolah ini memang mengagumkan. Bukan hanya kebetulan belaka kalau Tuhan mengatur pertemuanku dengan Jabalussalam. Aku menemukan nama Jabalussalam ribuan kilometer jaraknya dari sekolah itu sendiri. Menurutku itu mengagumkan. Orang yang tinggalnya sangat jauh dari sekolah, mengenali sekolah itu. Jabalussalam memang harum namanya. Bak seorang pahlawan yang telah mangkat. Selalu harum dan terkenang.

Kekagumanku masih berlanjut ketika aku mendatangi sosoknya. Pertama datang, memang yang kasat mata lah yang tampak. Bangunannya sederhana. Kecil tidak besar. Terletak di samping sebuah mesjid yang juga miliknya. Aku masuk ke dalamnya diiringi senyum tulus seorang wanita muda. Belakangan aku tahu bahwa itu Ibu Hera.

Kelasnya tidaklah besar. Namun rapi dan nyaman. Ada juga saung-saung yang teduh dan bersih. Sebagaimana halnya sekolah-sekolah lain, di dinding-dinding ditempel beberapa hasil karya siswa, poster-poster edukatif, kalimat-kalimat yang memotivasi anak didik, dan kalimat-kalimat Islami. Pertemuan pertamaku dengan Jabalussalam menghasilkan cintaku pada pandangan pertama.

Selanjutnya yang timbul adalah rasa sayang yang sudah aku sampaikan di paragraf awal tulisan ini. Ketulusan guru-gurunya membuatku terus bersyukur di dalam hati. Melihat bagaimana mereka mengatasi seorang anak berumur dua tahun yang tidak mau lepas dari ibunya di hari pertama sekolah, membuatku makin mengaguminya. Belum lagi cara mereka mengayomi anak-anakku, bermain, belajar.

Kesederhanaan mereka bersikap membuatku kecil. Pakaian-pakaian Islami yang mereka kenakan, yang tidaklah bagus apalagi mahal, namun bersih dan rapi, membuatku merasa malu. Sekolah ini memberiku pelajaran tanpa mereka sadari. Sekolah ini memang penuh aura rahmat.

Anakku, dengan mantap ibu titipkan engkau di Jabalussalam. Doaku menyertai kalian.

(Dini 2008)

0 comments:

 

Simply Dini Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting